Oda Nobunaga (
織田 信長?) (lahir
23 Juni 1534 – meninggal
21 Juni 1582 pada umur 47 tahun) adalah seorang
daimyo Jepang yang hidup dari
zaman Sengoku hingga
zaman Azuchi-Momoyama.
Lahir sebagai pewaris
Oda Nobuhide, Nobunaga harus bersaing memperebutkan hak menjadi kepala klan dengan adik kandungnya
Oda Nobuyuki. Setelah menang dalam pertempuran melawan
klan Imagawa dan
klan Saito, Nobunaga menjadi pengikut
Ashikaga Yoshiaki dan diangkat sebagai pejabat di
Kyoto. Kekuatan penentang Nobunaga seperti
klan Takeda,
klan Asakura, pendukung kuil
Enryakuji, dan kuil
Ishiyama Honganji dapat ditaklukkan berkat bantuan Ashikaga Yoshiaki. Nobunaga menjalankan kebijakan pasar bebas (
rakuichi rakuza) dann melakukan survei wilayah. Nobunaga diserang pengikutnya yang bernama
Akechi Mitsuhide sehingga terpaksa melakukan bunuh diri dalam
Insiden Honnōji.
Nobunaga dikenal dengan kebijakan yang dianggap kontroversial seperti
penolakan kekuasaan oleh klan yang sudah mapan, dan pengangkatan
pengikut dari keluarga yang asal-usul keturunannya tidak jelas. Nobunaga
berhasil memenangkan banyak pertempuran di
zaman Sengoku
berkat penggunaan senjata api model baru. Selain itu, ia ditakuti
akibat tindakannya yang sering dinilai kejam, seperti perintah membakar
semua penentang yang terkepung di kuil Enryakuji, sehingga Nobunaga
mendapat julukan raja iblis.
Kepribadian
Nobunaga menggemari barang-barang yang berasal dari Barat. Pada tahun
1581, Nobunaga pernah menyelenggarakan parade pasukan
kavaleri dengan mengundang
Kaisar Ōgimachi. Pada waktu itu, Nobunaga hadir mengenakan mantel dari kain
beludru dan
topi gaya Barat.
Pada masa tuanya, Nobunaga dikabarkan selalu mengenakan
baju zirah
ala Barat sewaktu tampil dalam pertempuran. Nobunaga sangat tertarik
pada pelayan berkulit hitam dari misionaris Yesuit bernama
Alessandro Valignano. Nobunaga lalu menjadikan pelayan berkulit hitam yang diberi nama Yasuke sebagai penasehat pribadi.
Nobunaga konon bisa segera mengerti kegunaan dari barang-barang yang dihadiahkan misionaris
Yesuit seperti
bola dunia,
jam, dan
peta.
Pada waktu itu orang Jepang masih belum mengetahui bumi itu bulat. Para
pengikut Nobunaga walaupun sudah dijelaskan berkali-kali tidak juga
paham, tapi Nobunaga kabarnya bisa langsung mengerti dan menganggapnya
sebagai sesuatu yang masuk akal.
Nobunaga dikenal mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Nobunaga sudah menggunakan senapan model
Arquebus
ketika senapan masih merupakan barang yang tidak umum. Nobunaga
terkenal dengan tindakan yang sering dinilai kejam, tapi misionaris
Portugis bernama
Luis Frois menganggap Nobunaga sebagai orang biasa-biasa saja.
Nobunaga kabarnya begitu tampan sewaktu masih remaja sehingga sering disangka sebagai wanita. Nobunaga juga punya selera
fedofilia seperti lazimnya samurai
zaman Sengoku. Nobunaga punya hubungan khusus dengan banyak bocah laki-laki seperti
Maeda Toshiie,
Hori Hidemasa, dan
Mori Ranmaru. Tokoh terkemuka seperti
Maeda Toshiie dan
Hori Hidemasa sewaktu kecil adalah peliharaan Nobunaga, sedangkan
Mori Ranmaru
adalah anak laki-laki peliharaan Nobunaga yang terakhir. Nobunaga
adalah pemimpin yang sangat berkuasa, tapi dibandingkan dengan besarnya
kekuasaan Nobunaga, jumlah istri yang dimiliki sangat sedikit walaupun
dikaruniai banyak keturunan.
Nobunaga benci dengan seni pertunjukan
Noh tapi menyenangi
Igo dan seni menyanyi dan menari yang disebut
Kōwakamai. Salah satu lagu Kōwakamai yang digemari Nobunaga berjudul
Atsumori, terutama lirik yang berbunyi "
Ningen gojunen, keten no uchi o kurabureba, mugen no gotoku nari, Hitotabi sei o uke, messenu mono no aribeki ka" (
「人間五十年 下天のうちをくらぶれば 夢幻の如くなり ひとたび生を享け 滅せぬもののあるべきか」?,
"Umur manusia hanya lima puluh tahun, Di dunia fana ini, Hidup ini
seperti mimpi, Sekali dilahirkan, Adakah orang yang tidak mati).
Nobunaga dikabarkan sangat sering menyanyikan lagu ini sambil menari,
mungkin karena liriknya mengena di hati atau mungkin juga cocok dengan
prinsip hidupnya. Nobunaga sangat menggemari
sumo
sehingga sering sekali menggelar pertandingan sumo yang dihadiri kaisar
dan kalangan atas istana. Nobunaga menyenangi seni bela diri dan
beraneka macam olah raga, seperti
berenang, berburu memakai
burung rajawali, menunggang
kuda dan seni memanah
kyūdo.
- Lukisan potret
Lukisan potret Nobunaga disimpan di kuil
Chōkōji, kota
Toyota,
Prefektur Aichi.
[1]
Lukisan potret Nobunaga oleh pelukis Eropa yang disimpan di gudang kuil
Sampoji, kota Tendo, Prefektur Fukui ikut habis terbakar akibat
serangan udara dalam
Perang Dunia II, padahal dalam lukisan potret tersebut Nobunaga digambarkan sangat mirip dengan aslinya.
Perjalanan Hidup
Masa muda
Nobunaga dilahirkan di Istana Shōbata pada tahun
1534 sebagai putra ketiga
Oda Nobuhide, seorang
daimyo zaman Sengoku dari
Provinsi Owari. Kisah lain mengatakan Nobunaga dilahirkan di
Istana Nagoya. Ibunya bernama
Dota Gozen (Tsuchida Gozen) yang merupakan istri sah Nobuhide, sehingga Nobunaga berhak menjadi pewaris kekuasaan sang ayah.
Nobunaga diangkat menjadi penguasa Istana Nagoya sewaktu masih
berusia 2 tahun. Sejak kecil hingga remaja, Nobunaga dikenal sering
berkelakuan aneh sehingga mendapat julukan "si bodoh dari Owari" dari
orang-orang di sekelilingnya. Nama julukan ini diketahui dari catatan
tentang Nobunaga yang tertarik pada
senapan yang tertulis dalam sejarah masuknya
senjata api ke Jepang melalui kota pelabuhan
Tanegashima.
Nobunaga sejak masih muda memperlihatkan sifat genius dan tindakan
gagah berani. Tindakan yang sangat mengejutkan sang ayah juga sering
dilakukan oleh Nobunaga, seperti menggunakan api untuk melepas
sekelompok
kuda di
Istana Kiyosu.
Ketika masih merupakan pewaris kekuasaan ayahnya, Nobunaga dari luar
terlihat sangat melindungi para pengikutnya. Di sisi lain, Nobunaga
sangat berhati-hati terhadap para pengikut walaupun tidak diperlihatkan
secara terang-terangan.
Pada waktu
Toda Yasumitsu dari
Mikawa membelot dari klan Imagawa ke klan Oda,
Matsudaira Takechiyo
berhasil diselamatkan dari penyanderaan pihak musuh. Nobunaga sering
melewatkan masa kecil bersama Matsudaira Takechiyo (nantinya dikenal
sebagai
Tokugawa Ieyasu) sehingga keduanya menjalin persahabatan yang erat.
Pada tahun
1546, Nobunaga menyebut dirinya sebagai Oda Kazusanosuke (
Oda Nobunaga) setelah diresmikan sebagai orang dewasa pada usia 13 tahun di
Istana Furuwatari. Nobunaga mewarisi jabatan kepala klan (
katoku) setelah Oda Nobuhide tutup usia. Pada upacara
pemakaman ayahnya, Nobunaga melakukan tindakan yang dianggap tidak sopan dengan melemparkan abu
dupa ke altar. Ada pendapat yang mengatakan cerita ini merupakan hasil karangan orang beberapa tahun kemudian.
Pada tahun
1553,
Hirate Masahide, sesepuh klan Oda melakukan
seppuku
sebagai bentuk protesnya terhadap kelakuan Nobunaga. Kematian Masahide
sangat disesali Nobunaga yang lalu meminta bantuan pendeta bernama
Takugen untuk membuka gunung dan mendirikan tempat beristirahat arwah
Hirate Masahide. Kuil ini kemudian diberi nama
kuil Masahide.
Pada tahun
1548, Nobunaga mulai memimpin pasukan sebagai pengganti sang ayah. Pertempuran sengit melawan musuh lama
Saitō Dōsan dari provinsi
Mino akhirnya bisa diselesaikan secara damai. Nobunaga kemudian menikah dengan putri Saito Dōsan yang bernama
Nōhime.
Pertemuan Nobunaga dengan bapak mertua Saito Dōsan dilakukan di
kuil Shōtoku yang terletak di
Gunung Kōya.
Ada cerita yang mengatakan dalam pertemuan ini kualitas kepemimpinan
yang sebenarnya dari Oda Nobunaga mulai terlihat dan reputasi Nobunaga
sebagai anak bodoh mulai terhapus.
Pada bulan April
1556, sang bapak mertua Saitō Dōsan tewas akibat kalah bertempur dengan putra pewarisnya sendiri
Saitō Yoshitatsu.
Pasukan Dōsan sebetulnya sudah dibantu pasukan yang dikirim Nobunaga,
tapi konon sudah terlambat untuk dapat menolong Saitō Dōsan.
Klan Oda dan perselisihan keluarga
Pada tanggal
24 Agustus 1556, Nobunaga memadamkan pemberontakan yang dipimpin adik kandungnya sendiri
Oda Nobuyuki,
Hayashi Hidesada,
Hayashi Michitomo, dan
Shibata Katsuie dalam
Pertempuran Inō. Oda Nobuyuki terkurung di dalam
Istana Suemori
yang dikepung pasukan Nobunaga. Sang ibu (Dota Gozen) datang untuk
menengahi pertempuran di antara kedua putranya, dan Nobunaga dimintanya
untuk mengampuni Nobuyuki.
Pada tahun berikutnya (
1557), Nobuyuki kembali menyusun rencana pemberontakan. Nobunaga yang mendengar rencana ini dari laporan rahasia
Shibata Katsuie berpura-pura sakit dan menjebak Nobuyuki untuk datang menjenguknya ke
Istana Kiyosu. Nobuyuki dihabisi sewaktu datang ke Istana Kiyosu.
Pada saat itu,
Shiba Yoshimune dari
klan Shiba menduduki jabatan
kanrei. Kekuatan klan Shiba sebagai penjaga Provinsi Owari sebenarnya sudah mulai melemah, sehingga
klan Imagawa dari
Provinsi Suruga, klan Mizuno dan
klan Matsudaira dari
Provinsi Mikawa bermaksud menyerang Provinsi Owari.
Sementara itu, perselisihan terjadi di dalam klan Oda yang terdiri
dari banyak keluarga dan faksi. Klan Oda mengabdi selama tiga generasi
untuk keluarga Oda Yamato-no-kami.
Oda Nobutomo memimpin keluarga Oda Yamato-no-kami yang menjabat
shugodai
untuk distrik Shimoyon, Provinsi Owari. Nobunaga bukan merupakan garis
keturunan utama klan Oda, sehingga Oda Nobutomo berniat menghabisi
keluarga Nobunaga yang dianggap sebagai ancaman.
Pada saat itu, Oda Nobutomo menjadikan penjaga Provinsi Owari yang bernama
Shiba Yoshimune sebagai
boneka untuk mempertahankan kekuasaan. Walaupun hal ini lazim dilakukan
shugodai
pada zaman itu, Yoshimune tidak menyukai perlakuan Nobutomo sehingga
hubungan di antara keduanya menjadi tegang. Di tengah panasnya hubungan
dengan Yoshimune, Nobutomo menyusun rencana pembunuhan atas Nobunaga.
Rencana pembunuhan ini dibocorkan Yoshimune kepada Nobunaga, sehingga
ada alasan untuk menyerang Nobutomo.
Setelah tahu rencana pembunuhan yang disusunnya terbongkar, Nobutomo
sangat marah terhadap Yoshimune. Ketika sedang menangkap ikan di sungai
ditemani pengawalnya, putra Yoshimune yang bernama
Shiba Yoshikane dibunuh oleh Nobutomo. Anggota keluarga Yoshikane (seperti adik Yoshikane yang kemudian dikenal sebagai
Mōri Hideyori dan
Tsugawa Yoshifuyu) meminta pertolongan Nobunaga untuk melarikan diri ke tempat yang jauh.
Peristiwa pembunuhan Shiba Yoshikane merupakan kesempatan bagi
Nobunaga untuk memburu dan membunuh komplotan pembunuh Yoshikane dari
keluarga Oda Kiyosu yang sudah lama merupakan ganjalan bagi Nobunaga.
Oda Nobutomo berhasil dihabisi paman Nobunaga yang bernama
Oda Nobumitsu (penguasa
Istana Mamoriyama).
Dengan tewasnya Nobutomo, Nobunaga berhasil menamatkan sejarah keluarga
Oda Kiyosu yang merupakan garis keturunan utama klan Oda, sehingga
keluarga Oda Nobunaga yang bukan berasal dari garis keturunan utama bisa
menjadi pemimpin klan.
Nobunaga menaklukkan penguasa
Istana Inuyama bernama
Oda Nobukiyo yang sebenarnya masih satu keluarga. Setelah itu, Nobunaga menyingkirkan
Oda Nobuyasu
yang merupakan garis utama keturunan klan Oda sekaligus penguasa
distrik Shimoyon. Oda Nobuyasu adalah anggota keluarga Oda Kiyosu yang
menjadi musuh besar Nobunaga. Nobunaga berhasil mengalahkan
Oda Nobuyasu, dan mengusirnya dalam Pertempuran Ukino. Pada tahun
1559, keluarga Nobunaga berhasil memegang kendali kekuasaan Provinsi Owari.
Pengusiran klan Shiba
Kesempatan tewasnya
Shiba Yoshikane yang merupakan boneka klan Oda digunakan Nobunaga untuk berdamai dengan para
daimyo di wilayah tetangga. Nobunaga berhasil menjalin persekutuan dengan klan Shiba,
klan Kira (penjaga wilayah
Mikawa) dan
klan Imagawa (penjaga wilayah
Suruga).
Keadaan berlangsung tenang selama beberapa waktu sampai terbongkarnya
rencana komplotan pembunuh Nobunaga. Komplotan terdiri dari
klan Ishibashi yang masih keluarga dengan
Shiba Yoshikane
(pemimpin klan Shiba), dan klan Kira yang masih ada hubungan keluarga
dengan klan Ashikaga. Keluarga shogun Ashikaga masih merupakan garis
utama keturunan klan Shiba. sewaktu diusir ke Kyoto, Yoshikane pernah
meminta perlindungan keluarga Ashikaga. Setelah menghabisi klan Shiba
dan keluarga Oda Kiyosu, kekuasaan Provinsi Owari akhirnya benar-benar
berada di tangan Nobunaga.
Pertempuran Okehazama
Lokasi pertempuran Okehazama di kota Toyoaki, Prefektur Aichi
Pada tahun berikutnya (
1560), penjaga wilayah
Suruga yang bernama
Imagawa Yoshimoto
memimpin pasukan besar-besaran yang dikabarkan terdiri dari 20.000
sampai 40.000 prajurit untuk menyerang Owari. Imagawa Yoshimoto adalah
musuh Nobunaga karena masih satu keluarga dengan klan Kira yang
merupakan garis luar keturunan
keluarga shogun Ashikaga. Klan Matsudaira dari Mikawa yang berada di garis depan berhasil menaklukkan benteng-benteng pihak Nobunaga.
Pertempuran tidak seimbang karena jumlah pasukan klan Oda hanya
sedikit. Di tengah kepanikan para pengikutnya, Nobunaga tetap tenang.
Saat tengah malam, Nobunaga tiba-tiba bangkit menarikan tarian
Kōwaka-mai dan menyanyikan lagu Atsumori. Setelah puas menari dan menyanyi, Nobunaga pergi berdoa ke
kuil Atsuta-jingū dengan hanya ditemani beberapa orang pengikutnya yang menunggang
kuda.
Sebagai pengalih perhatian, sejumlah prajurit diperintahkan untuk
tinggal di tempat. Sementara itu, Nobunaga memimpin pasukan yang hanya
terdiri dari 2.000 prajurit untuk menyerang pasukan Imagawa yang sedang
mabuk kemenangan. Imagawa Yoshimoto diincarnya untuk dibunuh. Pasukan
Nobunaga pasti kalah jika berhadapan langsung dengan pasukan Imagawa
yang berjumlah sepuluh kali lipat. Peristiwa ini dikenal sebagai
Pertempuran Okehazama.
Imagawa Yoshimoto sangat terkejut dan tidak menduga serangan mendadak
dari pihak Nobunaga. Pengawal berkuda dari pihak Nobunaga,
Hattori Koheita dan
Mōri Shinsuke berhasil membunuh Imagawa Yoshimoto. Setelah kehilangan pemimpin, sisa-sisa pasukan Imagawa pulang melarikan diri ke
Suruga. Kemenangan dalam Pertempuran Okehazama membuat nama Oda Nobunaga, 26 tahun, menjadi terkenal di seluruh negeri.
Seusai Pertempuran Okehazama, klan Imagawa menjadi kehilangan kendali
atas klan Matsudaira yang melepaskan diri dari keluarga Imagawa. Pada
tahun
1562 dengan perjanjian
Persekutuan Kiyosu, Nobunaga bersekutu dengan
Matsudaira Motoyasu (kemudian dikenal sebagai
Tokugawa Ieyasu) dari
Provinsi Mikawa.
Kedua belah pihak memiliki tujuan yang sama, yakni menghancurkan klan
Imagawa. Okehazama secara umum dianggap sebagai pijakan pertama Nobunaga
dalam usaha besarnya menyatukan seluruh Jepang dan menciptakana
perdamaian di seluruh negri.
Penaklukan Mino
Penaklukan
Saitō Tatsuoki dari Provinsi Mino merupakan tujuan berikut Nobunaga. Pada tahun
1564, Nobunaga bersekutu dengan
Azai Nagamasa dari
Ōmi utara untuk menjepit posisi
klan Saitō. Berdasarkan perjanjian tersebut, adik perempuan Nobunaga yang bernama
Oichi dinikahkan dengan Azai Nagamasa.
Pada tahun
1566, Nobunaga memerintahkan Kinoshita Tōkichirō (
Hashiba Hideyoshi) untuk membangun
Istana Sunomata yang akan digunakan sebagai batu loncatan penyerangan ke Mino.
Nobunaga berhasil menaklukkan pasukan Saitō Tatsuoki berkat bantuan
klan Takenaka, Kelompok Tiga Serangkai dari Mino bagian barat (pasukan
dari klan Inaba, klan Ujiie, dan klan Andō), klan Hachisuka, klan Maeno
dan klan Kanamori. Dengan ditaklukkan Provinsi
Mino pada tahun
1567, Nobunaga menjadi
daimyo dua provinsi sekaligus di usia 33 tahun.
Keinginan Nobunaga untuk menaklukkan seluruh Jepang dimulai dari
Provinsi Mino, karena pada saat itu menguasai Mino sama artinya dengan
menguasai seluruh Jepang. Nama bekas pusat kekuasaan
klan Toki dan klan Saitō di Inoguchi diganti namanya oleh Nobunaga menjadi
Gifu. Aksara
kanji "Gi" untuk kota Gifu diambil dari nama Gunung Gi (
Qi dalam
bahasa Tiongkok) yang merupakan tempat berdirinya
Dinasti Zhou. Nobunaga konon bermaksud menggunakan kesempatan ini sebagai titik awal pendirian dinasti Nobunaga.
Pada tahun itu juga (
1567),
Nobunaga mulai secara terang-terangan menunjukkan ambisinya menguasai
seluruh Jepang. Nobunaga mulai menggunakan stempel bertuliskan
Tenka Fubu (
天下布武?, di bawah langit, menguasai dengan kekuatan bersenjata) atau
penguasaan seluruh Jepang dengan kekuatan bersenjata.
Pada saat itu, Provinsi
Kai dan
Shinano yang bertetangga dengan Mino dikuasai
daimyo Takeda Shingen. Nobunaga berusaha memperlihatkan sikap bersahabat dengan Shingen, antara lain berusaha mengawinkan
Oda Nobutada, putra pewarisnya dengan anggota keluarga Takeda Shingen.
Bertugas di Kyoto
Pada masa sebelum tahun
1565, klan Miyoshi adalah bawahan (
shitsuji) dari klan Hosokawa yang secara turun temurun telah menjabat
kanrei di wilayah
Kinai. Kelompok Tiga Serangkai Miyoshi dan
Matsunaga Hisahide adalah samurai berpengaruh dari klan Miyoshi yang mengabdi kepada shogun ke-14
Ashikaga Yoshihide yang merupakan boneka klan Miyoshi.
Sewaktu sedang memperkuat pemerintah keshogunan,
Ashikaga Yoshiteru (shogun ke-13) berselisih dengan klan Miyoshi sehingga dibunuh Kelompok Tiga Serangkai Miyoshi dan
Matsunaga Hisahide. Selain itu, adik Ashikaga Yoshiteru yang bernama
Ashikaga Yoshiaki juga menjadi incaran, sehingga melarikan diri ke Provinsi
Echizen yang dikuasai klan
Asakura. Pada saat itu, penguasa
Echizen yang bernama
Asakura Yoshikage ternyata tidak memperlihatkan sikap mau memburu klan Miyoshi.
Pada bulan Juli
1568,
Yoshiaki dengan mengabaikan rasa takutnya, mendekati Nobunaga yang
sudah menjadi penguasa Mino. Pada bulan September tahun yang sama,
permintaan bantuan
Ashikaga Yoshiaki
disambut Nobunaga yang kebetulan mempunyai ambisi untuk menguasai
Jepang. Nobunaga menerima Ashikaga Yoshiaki sebagai shogun ke-15 yang
kemudian memuluskan rencananya untuk menguasai Kyoto.
Usaha Nobunaga untuk menaklukkan Kyoto dihentikan di
Provinsi Ōmi oleh
klan Rokkaku. Pimpinan klan Rokkaku yang bernama
Rokkaku Yoshikata
tidak mengakui Yoshiaki sebagai shogun. Serangan mendadak dilakukan
Nobunaga, dan seluruh anggota klan Rokkaku terusir. Penguasa Kyoto yang
terdiri dari
Miyoshi Yoshitsugu dan
Mastunaga Hisahide juga ditaklukkan Nobunaga. Ambisi Nobunaga menguasai Kyoto tercapai setelah Kelompok Tiga Serangkai Miyoshi melarikan diri ke
Provinsi Awa.
Berkat bantuan Nobunaga, Ashikaga Yoshiaki diangkat sebagai shogun ke-15
Keshogunan Ashikaga.
Nobunaga membatasi kekuasaan shogun agar bisa memerintah seluruh negeri
sesuai kemauannya sendiri. Pemimpin militer daerah seperti
Uesugi Kenshin juga mematuhi kekuasaan keshogunan yang dikendalikan Nobunaga.
Nobunaga memaksa Yoshiaki untuk mematuhi Lima Pasal Peraturan Kediaman Keshogunan (
denchū okite gokajū)
yang membuat shogun Yoshiaki sebagai boneka Nobunaga. Secara diam-diam,
Ashikaga Yoshiaki membentuk koalisi anti Nobunaga dibantu
daimyo penentang Nobunaga.
Dalam usaha menaklukkan Kyoto, Nobunaga memberi dana pengeluaran militer sebanyak 20.000
kan kepada kota
Sakai dengan permintaan agar tunduk kepada Nobunaga. Perkumpulan pedagang kota Sakai (
Sakai Egoshū) menentang Nobunaga dengan bantuan
Kelompok Tiga Serangkai Miyoshi. Pada tahun
1569, kota Sakai menyerah setelah diserang pasukan Nobunaga.
Mulai sekitar tahun
1567, Nobunaga berusaha menaklukkan
Provinsi Ise.
Provinsi Ise dikuasai Nobunaga berkat bantuan kedua putranya yang
dikawinkan dengan anggota keluarga klan yang berpengaruh di Ise. Pada
tahun
1568, Nobunaga memaksa
klan Kambe untuk menyerah dengan imbalan
Oda Nobutaka dijadikan penerus keturunan klan Kambe. Pada tahun
1569, Nobunaga menundukkan
klan Kitabatake yang menguasai Provinsi Ise. Putra kedua Nobunaga yang bernama
Oda Nobuo (Oda Nobukatsu) dijadikan sebagai penerus keturunan Kitabatake.
Koalisi anti-Nobunaga
Pada bulan April
1570, Nobunaga bersama
Tokugawa Ieyasu memimpin pasukan untuk menyerang
Asakura Yoshikage di
Provinsi Echizen.
Istana milik Asakura satu demi satu berhasil ditaklukkan pasukan
gabungan Oda-Tokugawa. Pasukan sedang dalam iring-iringan menuju
Kanegasaki ketika secara tiba-tiba
Azai Nagamasa
(sekutu Nobunaga dari Ōmi utara) berkhianat dan menyerang pasukan
Oda-Tokugawa dari belakang. Nobunaga sudah dalam posisi terjepit ketika
Kinoshita Hideyoshi meminta diberi kesempatan bertempur di bagian paling belakang dibantu
Tokugawa Ieyasu
agar Nobunaga mempunyai kesempatan untuk kabur. Pada akhirnya, Nobunaga
bisa kembali ke Kyoto. Peristiwa tersebut dikenal sebagai Jalan Lolos
Kanegasaki (
Kanegasaki Nukiguchi).
Sementara itu, Ashikaga Yoshiaki yang sedang membangun kembali
Keshogunan Muromachi, secara diam-diam mengumpulkan kekuatan anti-Nobunaga. Koalisi anti-Nobunaga yang dipimpinnya terdiri dari
daimyo seperti
Takeda Shingen,
Asakura Yoshikage,
Azai Nagamasa,
Kelompok Tiga Serangkai Miyoshi, dan kekuatan bersenjata kuil Buddha dan Shinto seperti
Ishiyama Honganji dan
Enryakuji. Kekuatan yang dipaksa tunduk kepada Nobunaga seperti
Miyoshi Yoshitsugu dan
Matsunaga Hisahide juga dipanggil untuk bergabung.
Pada bulan Juni
1570, pasukan
Tokugawa Ieyasu
bersama pasukan Nobunaga terlibat pertempuran dengan pasukan gabungan
Azai-Asakura yang anti-Nobunaga. Pertempuran terjadi di tepi sungai
Anegawa (Provinsi Ōmi) yang kemudian dikenal sebagai
Pertempuran Sungai Anegawa.
Pertempuran berlangsung sengit dengan kerugian besar di kedua belah pihak. Pihak Azai dengan
Isono Kazumasa
di garis depan sudah kehilangan 13 lapis pasukan dari 15 lapis pasukan
yang ada. Tokugawa Ieyasu yang berhadapan dengan Kelompok Tiga Serangkai
dari Mino juga terlibat pertempuran sengit. Pada akhirnya, pasukan
Nobunaga berhasil mengalahkan pasukan gabungan Azai-Asakura. Pada
pertempuran berikutnya di Sakamoto (Ōmi), pasukan Nobunaga menderita
kekalahan pahit dari pasukan gabungan kuil Enryakuji-Asakura-Azai.
Mori Yoshinari dan adik Nobunaga yang bernama
Oda Nobuharu tewas terbunuh.
Pada bulan September
1571,
Nobunaga mengeluarkan perintah untuk membakar kuil Enryakuji yang
memakan korban tewas sebanyak 4.000 orang. Korban tewas sebagian besar
terdiri dari wanita dan anak-anak, termasuk pendeta kepala Enryakuji
yang ikut tewas terbunuh.
Takeda Shingen dalam pernyataan yang mengecam keras tindakan Nobunaga mengatakan Nobunaga sudah berubah menjadi Raja Iblis. Bangsawan bernama
Yamashina Toki dalam pernyataan yang menyesalkan tindakan Nobunaga mengatakan (Nobunaga) sudah menghancurkan ajaran agama Buddha.
Pada tahun
1572, Takeda Shingen dari
Provinsi Kai memutuskan untuk menyerang
Kyoto
sebagai jawaban atas permintaan bantuan Ashikaga Yoshiaki. Pasukan
berjumlah 27.000 prajurit yang dipimpin Shingen berhasil menaklukkan
wilayah kekuasaan keluarga Tokugawa.
Ketika mendengar kabar penyerangan Takeda Shingen, Nobunaga sedang berperang melawan
Azai Nagamasa dan
Asakura Yoshikage di Ōmi utara. Nobunaga segera kembali ke Gifu setelah pimpinan pasukan diserahkan kepada
Kinoshita Hideyoshi. Nobunaga mengirim pasukan untuk membantu
Tokugawa Ieyasu,
tapi jumlahnya tidak cukup. Pasukan Takeda Shingen tidak mungkin
ditundukkan pasukan bantuan Nobunaga yang hanya terdiri dari 3.000
prajurit. Pada akhirnya, pasukan gabungan Oda-Tokugawa dikalahkan
pasukan Takeda dalam
Pertempuran Mikatagahara. Selanjutnya, pasukan Takeda terus memperkuat posisi di wilayah kekuasaan Tokugawa.
Pada musim dingin
1572,
Asakura Yoshikage secara tiba-tiba memutuskan persekutuannya dengan
Takeda Shingen. Keadaan ini menguntungkan pihak Nobunaga. Pasukan Nobunaga yang dipusatkan di
Ōmi
utara bisa ditarik mundur. Dengan tambahan pasukan yang baru kembali
dari Ōmi utara, kekuatan pasukan gabungan Oda-Tokugawa berada jauh di
atas pasukan Takeda. Pasukan Takeda yang menghadapi pasukan gabungan
Nobunaga hanya dapat maju pelan-pelan. Takeda Shingen mengirimkan surat
kepada Yoshikage sambil terus bergerak maju sedikit demi sedikit di
dalam wilayah Tokugawa. Pada bulan Mei
1573,
Shingen tutup usia karena sakit sebelum ambisinya menguasai Kyoto
tercapai. Setelah membubarkan diri, Pasukan Takeda pulang ke
Provinsi Kai, dan sekaligus menandai tamatnya koalisi anti-Nobunaga.
Pada bulan Juli
1573,
pasukan Nobunaga terlibat dua kali bentrokan bersenjata dengan pasukan
Ashikaga. Keshogunan Muromachi runtuh setelah diusirnya shogun Ashikaga
Yoshiaki dari Kyoto. Selanjutnya, pada bulan Agustus, Nobunaga berhasil
menghancurkan pasukan
Asakura Yoshikage dalam
Pertempuran Ichijōdani. Pada bulan berikutnya (September 1573),
Azai Nagamasa tewas akibat penyerangan pasukan Nobunaga. Dalam peristiwa ini, adik perempuan Nobunaga yang bernama
Oichi yang diperistri Azai Nagamasa berhasil diselamatkan, namun
Kelompok Tiga Serangkai Miyoshi tewas terbunuh.
Pada bulan November 1573,
Miyoshi Yoshitsugu dari Kawachi dipaksa pasukan
Sakuma Nobumori untuk melakukan bunuh diri.
Matsunaga Hisahide
juga dipaksa menyerah. Tidak sampai setengah tahun setelah wafatnya
Takeda Shingen, para daimyo yang menjadi anggota koalisi anti-Nobunaga
tewas.
- Pertempuran Nagashino
Pada tahun
1575, pewaris kekuasaan Takeda Shingen yang bernama
Takeda Katsuyori menjadikan menantu Ieyasu (
Okudaira Nobumasa)
sebagai sasaran balas dendam terhadap Ieyasu. Istana Nagashino yang
dijadikan tempat kediaman Nobumasa diserang pasukan Takeda Katsuyori
yang terdiri dari 15.000 prajurit.
Permintaan bantuan dari Ieyasu untuk membantu Okudaira Nobumasa
mendapat jawaban dari Nobunaga. Pasukan Takeda yang hanya terdiri dari
15.000 prajurit dihancurkan pasukan gabungan Oda-Tokugawa yang terdiri
dari 30.000 prajurit Oda dan 5.000 prajurit Tokugawa. Peristiwa ini
dikenal sebagai
Pertempuran Nagashino. Di dalam pertempuran ini, korban tewas di pihak pasukan Takeda dikabarkan mencapai lebih dari 10.000 prajurit.
Nobunaga dikabarkan memakai strategi berperang yang membagi pasukan
senapan menjadi tiga lapis prajurit. Strategi ini digunakan untuk
menghindari kemungkinan prajurit tewas sewaktu mengisi peluru. Setelah
prajurit lapis pertama selesai menembak dan berjongkok untuk mengisi
peluru, prajurit lapis kedua mendapat giliran untuk menembak, dan
seterusnya. Nobunaga memuji Okudaira Nobumasa dalam Pertempuran
Nagashino.
Istana Nagashino dipertahankan Nobumasa melawan pasukan Takeda yang jumlahnya lebih banyak.
Pada tahun yang sama (
1575), Nobunaga menunjuk
Shibata Katsuie sebagai panglima gabungan untuk menyerang pasukan Ikko Ikki yang terbentuk setelah hancurnya
klan Asakura. Pasukan Ikko Ikki dibantai pasukan Katsuie yang dikirim ke
Echizen. Korban tewas akibat pasukan Katsuie dikabarkan mencapai puluhan ribu orang yang tidak membedakan usia dan jenis kelamin.
Atas kejadian tersebut, pengikut Nobunaga yang bernama
Murai Sadakatsu
menulis surat tentang peristiwa mengerikan di Echizen Fuchū yang penuh
mayat bergelimpangan sampai kelihatan tiada tempat kosong. Dalam
tulisannya yang masih tersisa dalam bentuk
litografi,
Maeda Toshiie
yang pada waktu itu merupakan bawahan Nobunaga juga menulis tentang
sekitar 1.000 tawanan yang disalib, direbus, atau dibakar hidup-hidup.
- Pembangunan Istana Azuchi
Pada tahun
1576, Nobunaga memulai pembangunan
Istana Azuchi di pinggir
Danau Biwa, Provinsi Ōmi. Pembangunan dikabarkan selesai tahun
1579. Istana Azuchi konon terdiri dari 5 lantai dan 7 lapis atap, dengan
atrium di bagian dalam menara utama. Dalam surat yang dikirimkan ke negeri asalnya, seorang misionaris
Yesuit memuji Istana Azuchi sebagai istana mewah yang di Eropa saja tidak ada.
Nobunaga pindah ke Istana Azuchi yang baru selesai dibangun, sedangkan
Istana Gifu diwariskan kepada putra pewaris,
Oda Nobutada. Istana Azuchi dijadikan pusat kekuasaan Oda Nobunaga yang sedang berusaha mempersatukan Jepang.
Pada tahun
1576, Nobunaga menyerang kuil
Ishiyama Honganji.
Pasukan Nobunaga yang terdiri dari 3.000 prajurit sempat terdesak, tapi
akhirnya pihak musuh yang terdiri dari 15.000 prajurit dikalahkan dalam
Pertempuran Tennōji.
Para pendeta kuil Ishiyama sudah dikepung oleh pasukan Nobunaga. Pertempuran laut pecah di muara
Sungai Kizu
yang disebut Pertempuran Sungai Kizu antara pasukan Nobunaga melawan
kapal-kapal angkatan laut Mōri. Pada waktu itu, angkatan laut Mōri yang
berada di pihak pendeta kuil Ishiyama sedang mengangkut perbekalan
menuju kuil Ishiyama. Kapal-kapal Nobunaga ditenggelamkan dengan
serangan api oleh angkatan laut Mōri. Akibatnya, pasukan Nobunaga yang
mengepung kuil Ishiyama terpaksa ditarik mundur.
Selanjutnya,
Kuki Yoshitaka
diperintahkan Nobunaga untuk membuat kapal dari plat besi baja yang
tidak mudah terbakar saat terjadi pertempuran. Kapal-kapal Nobunaga
menghancurkan angkatan laut Mōri saat pecah pertempuran laut yang kedua
kali pada tahun
1578.
Peran panglima daerah
Ketika Nobunaga menyerang
Ise pada tahun
1577, pasukan
Suzuki Magoichi memaksa kelompok
Saikashū untuk menyerah. Pada tahun yang sama, panglima Nobunaga yang bernama
Hashiba Hideyoshi memulai serbuan ke daerah
Chūgoku. Keberhasilan Nobunaga adalah berkat jasa panglima militer yang tersebar di berbagai daerah:
Nobunaga pernah berhubungan baik dengan
Uesugi Kenshin, tapi akhirnya harus berselisih soal hak penguasaan daerah seperti Noto (sekarang daerah semenanjung
Prefektur Ishikawa).
Pertempuran Sungai Tetori pecah akibat pertentangan antara Nobunaga dan Kenshin. Pasukan
Shibata Katsuie dapat ditaklukkan dengan mudah oleh pasukan Uesugi Kenshin yang merupakan musuh terkuat Nobunaga setelah wafatnya
Takeda Shingen. Kesempatan ini dimanfaatkan
Matsunaga Hisahide
untuk kembali memimpin pemberontakan di Yamato. Nobunaga yang menyadari
kekuasaannya dalam bahaya segera mengirim pasukan ke Yamato untuk
membunuh Hisahide. Pada bulan Maret
1578,
Uesugi Kenshin yang sedang dalam perjalanan menaklukkan Kyoto meninggal karena sakit.
Pada tahun
1579, pasukan
Hashiba Hideyoshi berhasil menaklukkan
Ukita Naoie dan menguasai
Provinsi Bizen.
Hatano Hideharu dari
Tamba juga dipaksa menyerah oleh pasukan
Akechi Mitsuhide. Nobunaga langsung menghukum mati
Hatano Hideharu,
padahal Hideharu menyerah setelah dibujuk dengan bersusah payah oleh
Mitsuhide. Peristiwa ini nantinya menjadi sumber masalah bagi Nobunaga.
Ada cerita yang mengatakan perbuatan Nobunaga menyebabkan terbunuhnya
ibu kandung Akechi Mitsuhide yang dijadikan sandera oleh pihak Hatano
Hideharu.
Sementara itu, putra Nobunaga bernama
Kitabatake Nobuo (Oda Nobuo) yang menjadi penguasa
Provinsi Ise dengan keputusan sendiri menyerang
Provinsi Iga.
Alasannya, samurai pengikutnya sewaktu membangun Istana Dejiro diganggu
para prajurit lokal. Kekalahan besar diderita pasukan Nobuo setelah
prajurit lokal dari Ise melakukan serangan balasan. Kekalahan Nobuo
diketahui Nobunaga yang memarahi habis-habisan putra keduanya. Prajurit
lokal dari Provinsi Iga kemudian dinyatakan sebagai musuh Nobunaga.
Peristiwa ini disebut Kerusuhan Iga tahun
Tensho bagian pertama.
Masih pada tahun yang sama (
1579), pasukan Nobunaga memadamkan pemberontakan di
Kinai yang dipimpin
Besso Nagaharu dan
Araki Murashige. Nobunaga juga memerintahkan istri sah dari Tokugawa Ieyasu yang bernama
Tsukiyama-dono untuk melakukan
seppuku. Tsukiyama-dono adalah ibu dari putra pewaris Ieyasu yang bernama
Tokugawa Nobuyasu.
Peristiwa ini menjadi sumber perselisihan di kalangan kelompok pengikut
Tokugawa yang terbagi menjadi kelompok pro dan kelompok anti-Nobunaga.
Pada akhirnya
Tokugawa Ieyasu memutuskan untuk tidak menyelamatkan nyawa istri dan putra pewarisnya.
Pada bulan April
1580, Nobunaga berhasil berdamai dengan pihak kuil Ishiyama Honganji. Masalah kuil Ishiyama Honganji dan pendeta
Kennyo
yang merupakan ganjalan bagi Nobunaga bisa diselesaikan dengan damai
berkat keputusan Kaisar Ōgimachi yang menguntungkan pihak kuil Ishiyama
Honganji. Sesuai dengan syarat perdamaian, kuil Ishiyama Honganji harus
pindah dari
Osaka. Pada bulan Agustus
1580, Nobunaga secara tiba-tiba mengusir pengikutnya seperti
Sakuma Nobumori,
Hayashi Hidesada,
Andō Morinari dan
Niwa Ujikatsu.
Pada tahun
1581, Istana Tottori di
Inaba yang dikuasai oleh
Mōri Terumoto dipaksa menyerah oleh pasukan
Hashiba Hideyoshi yang kemudian bergerak maju untuk menyerang
Bizen.
Pada tahun yang sama, Oda Nobuo kembali memimpin pasukan sebanyak
60.000 prajurit untuk membalas kekalahan dari prajurit lokal di Ise.
Pembunuhan massal terjadi di Iga, semua orang yang disangka
ninja
tewas dibantai termasuk wanita dan anak-anak kecil. Korban tewas
mencapai lebih dari 10.000 orang. Semua orang dikabarkan lenyap dari
Provinsi Iga, semua barang-barang juga lenyap dan Provinsi Iga hancur.
Peristiwa ini dinamakan Kerusuhan Iga tahun Tensho bagian kedua.
Kehancuran klan Takeda
Pada bulan Maret
1582, pasukan
Oda Nobutada menyerang wilayah Takeda dan secara berturut-turut berhasil menaklukan
Provinsi Shinano dan
Suruga.
Takeda Katsuyori dikejar sampai Gunung Tenmoku di
Provinsi Kai, dan terpaksa bunuh diri yang menandai musnahnya klan Takeda.
Setelah klan Takeda dari
Kai
takluk, Nobunaga memerintahkan untuk menghukum mati semua pengikut klan
Takeda beserta keluarga, dan pembantu yang dianggap akan membalas
kematian tuannya. Peristiwa ini dikenal sebagai Perburuan Takeda.
Perintah Nobunaga untuk membantai seluruh klan Takeda tidak dapat
diterima
Tokugawa Ieyasu
dan sebagian menteri dari pihak Nobunaga. Walaupun harus bertaruh
nyawa, Ieyasu dan para menteri menyembunyikan sisa-sisa pengikut Takeda.
Seorang tokoh di
zaman Edo
yang bernama Takeda Yukari merupakan keturunan dari sisa-sisa pengikut
Takeda yang berhasil diselamatkan dari pembunuhan massal.
Sementara itu, pasukan
Shibata Katsuie bertempur dengan putra pewaris
Uesugi Kenshin yang bernama
Uesugi Kagekatsu, tapi dipaksa mundur setelah hampir merebut
Noto dan
Etchū.
Pada saat yang bersamaan, pasukan yang dipimpin putra Nobunaga
Kambe Nobutaka dan menteri
Niwa Nagahide sedang dalam persiapan berangkat ke
Shikoku untuk menyerbu
Chōsokabe Motochika.
Ada pendapat yang mengatakan
Akechi Mitsuhide
kuatir dengan masa depan sebagai pengikut Nobunaga karena tidak diberi
bagian dalam rencana penyerbuan ke Shikoku. Mitushide merasa nasibnya
sebentar lagi mirip dengan nasib
Sakuma Nobumori dan
Hayashi Hidesada yang diusir oleh Nobunaga.
Pendapat lain mengatakan Akechi Mitsuhide merasa dirinya sudah tidak
berguna, karena tidak lagi diserahi tugas memimpin pasukan oleh
Nobunaga. Mitsuhide juga merasa dipermalukan oleh Nobunaga, karena
rencana pernikahan putri salah seorang pengikutnya yang bernama
Saitō Toshimitsu
menjadi gagal.
Pernikahan ini sebenarnya diatur oleh Mitsuhide sesuai
strategi pendekatan terhadap Chōsokabe Motochika yang diperintahkan
Nobunaga.
Nobunaga mengirim
Takigawa Kazumasa ke
Provinsi Kōzuke untuk meredam kekuatan daimyo berpenghasilan 2.400.000
koku bernama
Hōjō Ujimasa. Pada saat itu, Ujimasa sedang berperang melawan
Uesugi Kagekatsu dan
Takeda Katsuyori. Nobunaga juga mengirim
Kawajiri Hidetaka ke
Provinsi Kai dan
Mori Nagayoshi ke
Provinsi Shinano
sebagai bagian dari strategi untuk menekan kekuatan militer Ujimasa.
Setelah dikepung panglima daerah yang berada di pihak Nobunaga, pasukan
Nobunaga tidak perlu lagi mengangkat senjata melawan Hōjō Ujimasa yang
ruang geraknya sudah dibatasi.
Insiden Honnōji
Pada tanggal
15 Mei 1582, Tokugawa Ieyasu berkunjung ke Istana Azuchi untuk mengucapkan terima kasih kepada Nobunaga atas penambahan
Suruga ke dalam wilayah kekuasaannya. Nobunaga menugaskan
Akechi Mitsuhide sebagai tuan rumah yang mengurus segala keperluan Ieyasu selama berada di Istana Azuchi mulai tanggal
15 Mei-
17 Mei 1582.
Di tengah kunjungan Ieyasu di Istana Azuchi, Nobunaga menerima utusan yang dikirim
Hashiba Hideyoshi yang meminta tambahan pasukan dari Nobunaga. Posisi Hideyoshi yang sedang bertempur merebut
Istana Takamatsu di
Bitchū dalam keadaan sulit, karena jumlah pasukan Mōri berada di atas jumlah pasukan Hideyoshi.
Nobunaga menanggapi permintaan bantuan Hideyoshi. Mitsuhide
dibebaskan dari tugasnya sebagai tuan rumah bagi Ieyasu dan
diperintahkan memimpin pasukan bantuan untuk Hideyoshi. Dalam jurnal
militer Akechi Mitsuhide ditulis tentang Nobunaga yang tidak merasa puas
dengan pelayanan Mitsuhide sewaktu menangani kunjungan Ieyasu. Nobunaga
menyuruh anak laki-laki peliharaannya yang bernama
Mori Ranmaru untuk memukul kepala Mitsuhide.
Nobunaga berangkat ke
Kyoto pada
29 Mei 1582 dengan tujuan mempersiapkan pasukan yang dikirim untuk menyerang pasukan Mōri. Nobunaga menginap di kuil
Honnōji,
Kyoto.
Akechi Mitsuhide yang sedang dalam perjalanan memimpin pasukan bala
bantuan untuk Hideyoshi berbalik arah, dan secara tiba-tiba muncul di
Kyoto untuk menyerang kuil Honnōji. Pada tanggal
2 Juni 1582, Nobunaga terpaksa melakukan
bunuh diri, namun jasad Nobunaga kabarnya tidak pernah ditemukan. Peristiwa ini dikenal sebagai
Insiden Honnōji.
Kebijakan
Tenka Fubu
Pada abad pertengahan, rakyat Jepang terdiri dari kelas bangsawan, kelas pendeta, dan kelas
samurai.
Stempel Nobunaga bertuliskan "Tenka Fubu" (penguasaan seluruh Jepang
dengan kekuatan militer) yang sering diartikan sebagai ambisi Nobunaga
untuk mendirikan pemerintahan militer oleh kelas samurai dengan
menghapus kelas bangsawan dan kelas pendeta. Ambisi Nobunaga
menghancurkan kelas pendeta terlihat dari kebijakannya menghancurkan
Pemberontakan Ikko Ikki dan
Perang Ishiyama yang dilancarkan terhadap kuil
Honganji dan pendeta
Kennyo.
Keshogunan Muromachi yang berada dibawah kendali Nobunaga juga mengeluarkan peraturan pertanahan di
Kyoto yang menempatkan kompleks rumah tinggal kelas bangsawan di lokasi khusus agar lebih mudah diawasi.
Kegiatan beragama
Walaupun menyatakan dirinya sebagai penganut sekte Hokke, Nobunaga
dinilai tidak punya penghormatan sama sekali terhadap agama Buddha.
Perintahnya dinilai kejam dalam penyelesaian masalah Ikko Ikki dan
pembantaian massal kuil Enryakuji. Nobunaga dikabarkan menggunakan
patung batu dewa pelindung anak dalam agama Buddha dan
batu nisan sebagai tembok batu di
Istana Azuchi.
Pihak yang pembela Nobunaga menyangkal Nobunaga tidak religius dengan menunjuk pada bukti
langit-langit menara utama Istana Azuchi yang dipenuhi hiasan gambar para tokoh dalam agama
Buddha,
Taoisme dan
Konfusianisme.
Pendapat lain mengatakan Nobunaga hanya menginginkan pemerintahan
militer yang sekuler. Nobunaga juga tidak pernah melarang kegiatan
beragama seperti
Jōdo Shinshū dan kuil Enryakuji.
Kebijakan terhadap istana
Nobunaga tidak menempati jabatan di istana setelah mengundurkan diri dari jabatan
Udaijin, bulan April
1578. Pengunduran diri Nobunaga sering dikatakan berkaitan dengan wafatnya
Uesugi Kenshin di usia 49 tahun, bulan Maret
1578.
Ada pendapat yang mengatakan Nobunaga sudah mempunyai kekuasaan yang
cukup hingga tidak lagi memerlukan bantuan dari istana, apalagi saingan
Nobunaga sudah tidak ada lagi. Musuh-musuh besar Nobunaga seperti Uesugi
Kenshin, kekuatan militer dari kuil
Honganji dan klan ternama seperti
klan Takeda,
klan Mōri dan
klan Ōtomo semuanya sudah habis.
Di daerah
Kanto, Nobunaga berusaha menjalin persekutuan dengan
klan Gohōjō yang menguasai wilayah bernilai 2.400.000
koku. Pemimpin klan juga dikirimi wanita untuk dijadikan istri.
Nobunaga ikut membantu dalam soal keuangan dan turut campur dalam
pengambilan keputusan di istana. Kaisar hanya berperan sebagai boneka
Nobunaga, hingga pada puncaknya Nobunaga meminta Kaisar Ōgimachi untuk
mengundurkan diri. Kaisar Ōgimachi adalah kaisar yang sudah
berpengalaman dan tidak mudah mengikuti setiap perkataan Nobunaga.
Nobunaga sebaliknya masih menuruti perintah kaisar setiap kali kaisar
tidak sependapat dengan Nobunaga yang ingin selalu menyerang musuh
kuatnya di berbagai tempat.
Pendapat lain mengatakan pameran kekuatan Nobunaga dalam bentuk parade pasukan
kavaleri pada tahun
1581
diadakan dengan tujuan mengancam Kaisar Ōgimachi. Pendapat yang membela
Nobunaga mengatakan parade pasukan tidak dilakukan dengan tujuan
mengancam kaisar.
Kaisar Ōgimachi bermaksud berkompromi dengan Nobunaga dengan cara memberikan gelar-gelar seperti
Seitaishogun,
Dajō Daijin, dan
Kampaku.
Pendapat lain mengatakan ada kemungkinan kalangan istana merupakan
dalang Insiden Honnōji karena kuatir dengan Nobunaga yang semakin bebas
menjalankan politik Tenka Fubu setelah wafatnya Uesugi Kenshin.
Kebijakan perdagangan
Nobunaga menjalankan politik pasar bebas (
rakuichi rakuza) dalam bentuk penghapusan sistem
kartel
dan pos-pos pemungutan pajak yang tidak perlu, sehingga peredaran
barang dan perekonomian berkembang dengan pesat. Nobunaga juga melakukan
survei wilayah dan memindahkan tempat kediaman pengikutnya di kota
sekeliling istana.
Penghapusan sistem kartel hanya berlaku di daerah-daerah yang bisa
dibebaskan dari kartel. Distribusi barang dikuatirkan lumpuh jika sistem
kartel dihapus di seluruh daerah. Sistem kartel seperti di Kyoto tetap
dipertahankan mengingat anggota kartel berpengaruh di bidang politik.
Kebijakan kepegawaian
Nobunaga lebih menghargai kemampuan daripada asal-usul keluarga. Pengikut Nobunaga yang kemudian menjadi sukses seperti
Takigawa Kazumasu dan
Akechi Mitsuhide adalah bekas
ronin.
Kinoshita Tōkichirō juga berasal dari prajurit berjalan kaki (
ashigaru). Para menteri dari klan yang sudah mengabdi dari generasi ke generasi, seperti
Sakuma Nobumori dan
Hayashi Hidesada sebaliknya justru diusir oleh Nobunaga.
Sakuma Nobumori dan Hayashi Hidesada bukannya tidak berprestasi, tapi Nobunaga lebih menghargai hasil pekerjaan
Shibata Katsuie yang merupakan pengikut sekaligus panglima pasukan dari wilayah
Hokuriku.
Nobumori dan Hidesada memang pernah diizinkan untuk terus mengikuti
Nobunaga, tapi ketika mencoba berperan aktif justru dikenakan tindakan
disiplin berupa pemecatan.
Upacara minum teh
yang sedang populer pada saat itu digunakan Nobunaga sebagai sarana
berpolitik dan bisnis dengan kalangan pengikutnya. Para pengikut
Nobunaga juga sebaliknya menjadi sangat menghargai tradisi upacara minum
teh. Nobunaga menggunakan perangkat minum teh berharga tinggi dari
provinsi penghasil keramik terbaik sebagai imbalan pengganti uang tunai.
Takigawa Kazumasu yang memiliki wilayah
Kanto
kabarnya sangat kecewa karena tidak diberi imbalan berupa perangkat
minum teh Shukōkonasu. Imbalan yang diterima dari Nobunaga justru
penambahan wilayah kekuasaan berupa
Provinsi Kōzuke dan gelar penguasa daerah Kanto.
Kepemimpinan
- Nobunaga mempunyai kemampuan untuk memimpin para pengikut yang
terdiri dari kalangan yang sudah sangat terpilih, tapi sering dikatakan
tidak berusaha untuk mengerti sifat orang-orang yang berada di
sekelilingnya. Pendapat lain mengatakan para pengikut sering tidak
mendapat penjelasan dari Nobunaga tentang maksud kebijakan politik yang
sedang diambil.
- Nobunaga sangat mengawasi gerak-gerik para daimyo. Nobunaga sering mengirim berbagai macam barang berharga untuk Uesugi Kenshin dan Takeda Shingen yang dianggap sebagai ancaman terbesar dengan maksud untuk menjalin hubungan persahabatan.
- Nobunaga Oda adalah salah satu figur paling kontroversial dalam
sejarah Jepang, pada awal usahanya untuk menyatukan Jepang, Oda hanyalah
merupakan klan kecil dari Owari,dan tidak memiliki pengaruh yang
signifikan dalam peta politik saat itu. Puluhan Daimyo besar dan kecil
berkuasa secara feodalistik di Jepang; Hojo (Kanto), Uesugi
(Kaga-Noto),Takeda (Shinano), Imagawa (Suruga), Asakura-Azai (Echizen),
Saito (Mino), Rokuhara (Kansai), Mori (Chigoku), Ukita (Bizen), dll.
Hanya seorang pemimpin dengan bakat alamiah yang mampu memiliki tekad
dan mampu mewujudkannya seperti yang dicapai oleh Nobunaga.
- Apapun kontroversi mengenai banyak tindakannnya yang dianggap kejam,
namun jika kita boleh berkaca pada prinsip "Perdamaian hanya dapat
diciptakan setelah melalui peperangan". Nobunaga juga bisa dianggap
sebagai peletak dasar kekuatan Toyotomi dan Tokugawa.