Showing posts with label Japanese Culture. Show all posts
Showing posts with label Japanese Culture. Show all posts
September 24, 2014

Gaya Hidup wanita di jepang. Cuek tapi disiplin

pagi pagi bengong, yaudah buka soundcloud dengerin lagu ini aja L'Arc~en~Cie Niji (Accoustic) .
asli gak penting banget curhat nya.haahhaha

sebelumnye, kalian udah pernah baca kan artikel tentang alasan wanita jepang suka sama pria Indonesia? #ehem
kalo kata wanita sana sih, katanye cowo2 di Indo lebih rajin, beda sama pria i jepang sana.
kao udah nikah, segala sesuatu urusan rumah tangga di serahin ke istri (katanya) sang suami tinggal kerja, nyari duit, udah gitu aja. :D
kali ini sih, saya mau coba jelasin deh gimana sih kehidupan wanita di jepang. yang katanya cuek, tapi disiplin (?) #lho
coba baca aja artikelnya yak. :3

Gaya Hidup sehari - hari

banyak yang mikir kehidupan di negara maju seperti jepang pasti akan sangat mewah, kenyataannya sih gak. Remaja di jepang aja kaget liat pelajar di Indonesia ke sekolah naik kendaraan pribadi, seperti mobil, dan motor. Karena emang kebiasaan para siswa Jepang setiap berangkat ke sekolah selalu naik kendaraan umum, seperti kereta subway, bus dan lainnya, bahkan sih ada yang jalan kaki.

Ketika di sekolah rata - rata gaya hidup wanita di jepang sangat memperhatikan penampilan. di sekolah barang bawaan wajib buat mereka sih, ya standar - standar aja seperti cermin, sisir, dan alat - alat make up lainnya. Selain itu, rok disana bisa disebut rok mini kalo di Indonesia. Selain hal tersebut, keseharian wanita jepang sangat cuek. Kepekaan terhadap lingkungan sekitar benar2 kecil, malah sih hampir gak ada. buktinya banyak yang suka mesra - mesraan di tempat umum. :3

Kebisaan Sehari - hari

kebiasaan sehari - hari yang di lakuin bisa jadi cikal bakal gaya hidup orang/kelompok itu sendiri, Nah di jepang kita tahu bahwa negara itu negara yang tingkat displinnya sangat tinggi kan? bahkan sewaktu jalan kaki aja, langkahnya cepat, seolah - olah, mereka gak mau ngilangin sedikitpun waktu yang ada. Sambil jalan kaki pun banyak dari mereka sambil baca buku, suatu kebiasaan yang hampir, bakal gak bakal ada di Indonesia. :D
Selain disiplin, wanita jepang sering banget minum kopi, tapi kopi itu sendiri gak di nikmatin bukan untuk santai -santai, tapi di beli dalam bentuk kemasan dan dibawa ntuk jalan -jalan.


untuk barang elektronik sih, mereka lebih suka membeli produk asli buatan negara Jepang itu sendiri. bahkan, banyak dari mereka gak tahu merk Handphone ternama dari negara lain. :D

Keunikan gaya hidup wanita Jepang

Wanita jepang doyan karaoke, selie bareng temen - temennya. gak tau kenapa mereka suka demikian. dan faktanya, memang banyak tempat karaoke dijepang, dan laris oleh mereka - mereka yang hobi karaoke. :D

Selain itu mereka jua gak terikat saa agama. kebanyakan orang Jepang memang memeluk agama Shinto, tapi mereka juga ngerayain natal, dan acara keagamaan lainnya. (idul fitri dirayain juga gak ya? :v kebayang orang jepang bikin ketupat. :D)
Intinya sih semua itu memang perilaku wanita jepang, mereka agak ke barat-baratan, tapi meski gaya hidupnya udah ke sentuh ama budaya barat, tapi mereka tetep mempertahanin sikap disiplin yang memang udah di terapin dari jaman nenek moyang mereka dulu. :)

seenggaknya pelajaran yang bisa kita ambil sih, meski kita ngikut - ngikut yang lain, ada baiknya kita tetep tahu, siapa kita sebenernya. :)

Source: http://tentangwanita.com/serbaserbi/gaya-hidup-wanita-jepang-cuek-tapi-disiplin.html
August 09, 2014

Tren Masker di Jepang

tadi sore sempet ada yang PM saya di Facebook.
nyodorin foto artis Jepang yang make penutup mata sama masker. dan dengan riangg nya saya kalo yang di sodorin fotonya itu artis kesukaan saya (Gak penting banget. -,-).

terus temen saya nanya, kenapa orang2 jepang pada suka make masker sama pnutup mata yak?
bingung mau jawabnya yaudah aye kasih artikel yang mirip2 ke temen saya. Daripada nganggur yaudah, coba Salin artikelnya aja deh. :)
berikut Artikelnya.

Ada beberapa alasan mengapa hal ini bisa terjadi. Yang paling umum adalah bahwa mereka sedang sakit dan mengenakan masker untuk menjaga agar kuman penyakit tidak menyebar ke orang lain di sekitarnya. Demikian juga ada orang yang memakai masker untuk menjaga diri dari penyakit apapun yang bisa menjangkiti mereka. Lainnya menggunakan masker untuk melindungi wajah dari serbuk sari yang terbang bebas jika musim semi tiba. 

Lalu, ada juga orang-orang (terutama para wanita) yang mengenakan masker cuma karena ingin menyembunyikan sesuatu yang berakar di wajah mereka, seperti jerawat atau bisul misalnya. Atau bahkan menyembunyikan emosi mereka. Mungkin mereka sedang kesal dan mereka tidak ingin orang lain melihat wajah cemberut mereka. 

Secara khusus, mengenakan masker untuk tujuan kosmetik dan kenyamanan telah menjadi begitu populer di kalangan anak muda di Jepang dalam beberapa tahun terakhir. Media Jepang telah men-cap pemakaian masker ini sebagai trend fashion yang lagi "in" saat ini. 

News Post Seven telah mensurvei 100 orang yang rajin mengenakan masker di Shibuya, distrik fashion yang paling populer di Tokyo, dan menemukan bahwa sekitar 30% dari mereka memakai masker mereka untuk alasan yang tidak ada hubungannya sama sakit penyakit atau alergi. Mereka juga menanyakan alasan mengapa orang-orang yang tidak sakit atau memiliki alergi mengenakan masker. Hasilnya, dimulai dengan jawaban yang paling populer, adalah sebagai berikut... 

1. Saya tidak mengenakan make-up apapun!
2. Saya mau jaga wajah supaya hangat
3. Saya mau wajah saya terlihat kecil
4. Saya nyaman saja mengenakan masker
5. Untuk menjaga tenggorokan saya dari kekeringan

Menurut situs Naver Matome, beberapa wanita melihat masker tidak hanya sebagai cara untuk menutupi wajah mereka pada hari make-up yang buruk, tetapi juga sebagai aksesori yang dapat membuat mereka tampil lebih menarik. "Masker memberikan anda penampilan yang misterius karena hanya mata anda yang terlihat," kata salah satu gadis remaja ketika di wawancara. "Mengenakan masker membuat saya terlihat lebih manis!" 

Beberapa perusahaan bahkan berusaha untuk memanfaatkan tren fashion ini, sepertiPicomask, yang telah menjual masker bedah bergaya dan berwarna-warni sejak tahun 2010. 

Tren Fashion Jepang: Masker Bedah Pelindung Wajah 

Kesaksian lainnya oleh mereka yang mengatakan mereka mengenakan masker untuk kenyamanan memberikan kesan bahwa ada sesuatu yang secara psikologis lebih dalam dari citra diri sebagai masalah pekerjaan. "Saya tidak ingin menunjukkan kepada orang lain diri saya yang sebenarnya. Karena wajah saya tertutup, orang-orang tidak tahu siapa saya yang sebenarnya. Ini menyenangkan," kata gadis remaja lainnya. "Lagipula saya tidak suka membuat-buat (memalsukan) ekspresi wajah saya." 

Menurut Yuzo Kikumoto, penulis "Topeng Kencan Izonsho" sebuah buku yang membahas mengapa para pemuda bersembunyi di balik topeng di depan umum, menjelaskan bahwa banyak siswa Jepang memakai masker untuk menjaga mereka dari berdiri di antara kerumunan. "Mereka memiliki ketakutan abnormal untuk menunjukkan siapa mereka sebenarnya kepada rekan-rekan mereka sendiri." 

Yuzo percaya bahwa mengandalkan masker untuk merasa nyaman di depan umum adalah produk sampingan dari kaum muda Jepang yang terlalu sering menggunakan email dan situs jejaring sosial untuk berkomunikasi satu sama lain. Seakan-akan mereka tidak dapat berinteraksi dengan orang lain kecuali ada pelindung yang menawarkan mereka privasi. Dasar orang Jepang. 

Tren Fashion Jepang: Masker Bedah Pelindung Wajah

Sumber: 

http://www.jepang.net/2012/12/tren-fashion-jepang-masker-bedah.html

February 24, 2014

Kabuki

mendengar kata "Kabuki" apa yang kalian pikirkan?
Apa.?! Jiraiya yang di Naruto? hahahaha 
bisa jadi, Kabuki itu sendiri adalah pagelaran teater tradisional dari jepang, dari yang sudah kita lihat para aktornya mengenakan make up yang wah, dan busana yang wah juga. Dari make up nya sepertinya Kabuki ini sendiri merupakan awal mula make up Visual Kei yang lagi nge trend sekarang ini. :P
dari pengenalan singkat, yuk, kita lihat sejarah awal kabuki itu sendiri.:)


Etimologi
Banyak pendapat mengenai asal kata dari Kabuki ini, salah satunya adalah kabusu yang ditulis dengan karakter kanji 歌舞 dengan ditambahkan akhiran す sehingga menjadi kata kerja 歌舞す yang berarti bernyanyi dan menari. Selanjutnya disempurnakan menjadi, kabuki (歌舞伎) yang ditulis dengan tiga karakter kanji, yaitu uta 歌(うた) (lagu), mai 舞(まい) (tarian), dan ki 伎(き) (tehnik).
Selain yang telah dijelaskan diatas, ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa kata kabuki ini berasal dari kata kabuki かぶき, kabuku かぶく, kabukan かぶかん, atau kabuke かぶけ yang ditulis dengan karakter kanji katamuku (傾). Karakter kanji katamuku yang dibaca kabuku ini secara harfiah berarti cenderung, condong, miring atau tidak sama dengan pemikiran umum (Kira-kira sama dengan kata iyou yang ditulis dengan kanji 異様, yang berarti aneh, asing, atau tidak sama dengan keadaan masyarakat disekitarnya pada waktu itu). Kata ini digunakan untuk menyebutkan orang-orang yang cenderung atau condong ke arah duniawi, dan orang-orang yang berpakaian dan bertingkah laku aneh. Pendapat yang mengatakan penamaan kabuki berasal dari kata katamuku ini dikarenakan pada saat kabukipertama kali diperkenalkan oleh Okuni, seorang Miko 巫女 (pendeta wanita) dari daerah Izumo, Okuni memakai kostum laki-laki dengan membawa pedang dan mengenakan aksesoris-aksesoris yang tidak lazim pada zaman tersebut, seperti rosario yang dikenakan di pinggang bukan digantungkan dileher. Ceritanya pun berkisar tentang seorang laki-laki yang pergi bermain-main ke kedai teh untuk minum-minum bersama para wanita penghibur. Hal ini kemudian diasosiasikan dengan kumpulan orang-orang yang berpakaian dan bertingkah-laku aneh serta tidak lazim yang muncul pada saat itu, yang dikenal dengan nama kabukimono カブキモノ.

Setelah melalui beberapa perkembangan akhirnya kabuki ditulis dengan tiga karakter kanji yaitu uta 歌 (lagu), mai 舞 (tarian), dan ki 妓(seniman wanita) yang kemudian karakter kanji ki 妓 diubah menjadi ki 伎, sehingga kabuki ditulis menjadi 歌舞伎(かぶき) yang sekarang ini. Penamaan kabuki dengan menggunakan tiga karakter kanji di atas, dikarenakan tiga karakter di atas dianggap sesuai dengan unsur-unsur yang ada di dalam pertunjukan teater kabuki itu tersebut. Adapun pada awalnya karakter ki, ditulis dengan 妓dikarenakan kabuki pada awalnya lahir dari seorang seniman wanita yang bernama okuni 阿国(おくに) dari kuil Izumo (asal mula nama karakter Okuni Izumono di Samurai Deeper Kyo.) :P

Sejarah

Sejarah kabuki dimulai tahun 1603 dengan pertunjukan dramatari yang dibawakan wanita bernama Okuni di kuilKitano Temmangu, Kyoto. Kemungkinan besar Okuni adalah seorang miko asal kuil Izumo Taisha, tapi mungkin juga seorang kawaramono (sebutan menghina buat orang kasta rendah yang tinggal di tepi sungai). Identitas Okuni yang benar tidak dapat diketahui secara pasti. Tari yang dibawakan Okuni diiringi dengan lagu yang sedang populer. Okuni juga berpakaian mencolok seperti laki-laki dan bertingkah laku tidak wajar seperti orang aneh ("kabukimono"), sehingga lahir suatu bentuk kesenian garda depan (avant garde). Panggung yang dipakai waktu itu adalah panggung NohHanamichi (honhanamichi yang ada di sisi kiri penonton dan karihanamichi yang ada di sisi kanan penonton) di gedung teater Kabuki-za kemungkinan merupakan perkembangan dari Hashigakari (jalan keluar-masuk aktor Noh yang ada di panggung sisi kiri penonton).
Kesenian garda depan yang dibawakan Okuni mendadak sangat populer, sehingga bermunculan banyak sekali kelompok pertunjukan kabuki imitasi. Pertunjukan kabuki yang digelar sekelompok wanita penghibur disebut Onna-kabuki (kabuki wanita), sedangkan kabuki yang dibawakan remaja laki-laki disebut Wakashu-kabuki (kabuki remaja laki-laki). Keshogunan Tokugawa menilai pertunjukan kabuki yang dilakukan kelompok wanita penghibur sudah melanggar batas moral, sehingga pada tahun 1629 kabuki wanita penghibur dilarang dipentaskan. Pertunjukan kabuki laki-laki daun muda juga dilarang pada tahun 1652 karena merupakan bentuk pelacuran terselubung. Pertunjukan Yarō kabuki (野郎歌舞伎 kabuki pria?) yang dibawakan seluruhnya oleh pria dewasa diciptakan sebagai reaksi atas dilarangnya Onna-kabuki dan Wakashu-kabuki. Aktor kabuki yang seluruhnya terdiri dari pria dewasa yang juga memainkan peran sebagai wanita melahirkan "konsep baru" dalam dunia estetika. Kesenian Yarō kabuki terus berkembang di zaman Edo dan berlanjut hingga sekarang.
Dalam perkembangannya, kabuki digolongkan menjadi Kabuki-odori (kabuki tarian) dan Kabuki-geki (kabuki sandiwara). Kabuki-odori dipertunjukkan dari masa kabuki masih dibawakan Okuni hingga di masa kepopuleran Wakashu-kabuki, remaja laki-laki menari diiringi lagu yang sedang populer dan konon ada yang disertai denganakrobat. Selain itu, Kabuki-odori juga bisa berarti pertunjukan yang lebih banyak tarian dan lagu dibandingkan dengan porsi drama yang ditampilkan.
Kabuki-geki merupakan pertunjukan sandiwara yang ditujukan untuk penduduk kota di zaman Edo dan berintikan sandiwara dan tari. Peraturan yang dikeluarkan Keshogunan Edo mewajibkan kelompok kabuki untuk "habis-habisan meniru kyōgen" merupakan salah satu sebab kabuki berubah menjadi pertunjukan sandiwara. Alasannya kabuki yang menampilkan tari sebagai atraksi utama merupakan pelacuran terselubung dan pemerintah harus menjaga moral rakyat. Tema pertunjukan kabuki-geki bisa berupa tokoh sejarah, cerita kehidupan sehari-hari atau kisah peristiwa kejahatan, sehingga kabuki jenis ini juga dikenal sebagai Kabuki kyogen. Kelompok kabuki melakukan apa saja demi memuaskan minat rakyat yang haus hiburan. Kepopuleran kabuki menyebabkan kelompok kabuki bisa memiliki gedung teater khusus kabuki seperti Kabuki-za. Pertunjukan kabuki di gedung khusus memungkinkan pementasan berbagai cerita yang dulunya tidak mungkin dipentaskan.
Di gedung kabuki, cerita yang memerlukan penjelasan tentang berjalannya waktu ditandai dengan pergeseran layar sewaktu terjadi pergantian adegan. Selain itu, di gedung kabuki bisa dibangun bagian panggung bernama hanamichi yang berada melewati di sisi kiri deretan kursi penonton. Hanamichi dilewati aktor kabuki sewaktu muncul dan keluar dari panggung, sehingga dapat menampilan dimensi kedalaman. Kabuki juga berkembang sebagai pertunjukan tiga dimensi dengan berbagai teknik, seperti teknik Séri (bagian panggung yang bisa naik-turun yang memungkinkan aktor muncul perlahan-lahan dari bawah panggung), dan Chūzuri(teknik menggantung aktor dari langit-langit atas panggung untuk menambah dimensi pergerakan ke atas dan ke bawah seperti adegan hantu terbang).
Sampai pertengahan zaman Edo, Kabuki-kyogen kreasi baru banyak diciptakan di daerah Kamigata. Kabuki-kyogen banyak mengambil unsur cerita Ningyo Jōruriyang khas daerah Kamigata. Penulis kabuki asal Edo tidak cuma diam melihat perkembangan pesat kabuki di Kamigata. Tsuruya Namboku banyak menghasilkan banyak karya kreasi baru sekitar zaman zaman Bunka hingga zaman Bunsei. Penulis sandiwara kabuki Kawatake Mokuami juga baru menghasilkan karya-karya barunya di akhir zaman Edo hingga awal zaman Meiji. Sebagai hasilnya, Edo makin berperan sebagai kota budaya dibandingkan Kamigata mulai paruh kedua zaman Edo. Di zaman Edo, Kabuki-kyogen juga disebut sebagai sandiwara (shibai).

Musik Pengiring
Musik pengiring kabuki dibagi berdasarkan arah sumber suara. Musik yang dimainkan di sisi kanan panggung dari arah penonton disebut Gidayūbushi. Takemoto(Chobo) adalah sebutan untuk Gidayūbushi khusus untuk kabuki. Selain itu, musik yang dimainkan di sisi kiri panggung dari arah penonton disebut Geza ongaku, sedangkan musik yang dimainkan di atas panggung disebut Debayashi.

Judul
Judul pertunjukan kabuki disebut Gedai (外題) yang kemungkinan besar berasal dari kata Geidai (芸題 nama pertunjukan). Judul pertunjukan (gedai) biasanya ditulis dalam aksara kanji berjumlah ganjil, misalnya pertunjukan berjudul Musume dōjōji (娘道成寺) (4 aksara kanji) harus ditambah dengan Kyōkanoko (京鹿子)(3 aksara kanji) menjadi 京鹿子娘道成寺 (Kyōkanoko musume dōjōji), supaya bisa menjadi judul yang terdiri dari 7 aksara kanji. Selain judul pertunjukan yang resmi, pertunjukan kabuki sering memiliki judul alias dan keduanya dianggap sebagai judul yang resmi. Pertunjukan berjudul resmi Miyakodori nagare no siranami (都鳥廓白波) dikenal dengan judul lain Shinobu no Sōda (忍ぶの惣太
). Pertunjukan berjudul Hachiman matsuri yomiya no nigiwai (八幡祭小望月賑) juga dikenal sebagai Chijimiya Shinsuke (縮屋新助). Judul pertunjukan yang harus ditulis dalam aksara kanji berjumlah ganjil menyebabkan judul sering ditulis dengan cara penulisanateji, akibatnya orang sering mendapat kesulitan membaca judul pertunjukan kabuki.

Sejarah sejak Jaman Meiji
Kepopuleran kabuki tetap tidak tergoyahkan sejak zaman Meiji, tapi sering menerima kritik. Di antaranya kalangan intelektual menganggap isi cerita kabuki tidak sesuai untuk dipertunjukkan di negara orang beradab. Kalangan di dalam dan luar lingkungan kabuki juga menuntut pembaruan di dalam kabuki, sehingga mau tidak mau dunia showbiz kabuki harus diubah sesuai tuntutan zaman. Kritik terhadap kabuki mengatakan banyak unsur dalam kabuki yang sebenarnya tidak pantas dimasukkan ke dalam drama kabuki, misalnya: alur cerita yang tidak masuk akal, tema cerita yang kuno atau berbau feodal, dan trik panggung yang sekadar untuk membuat penonton takjub, seperti adegan aktor bisa "terbang" atau berganti kostum dalam sekejap.
Akibat kritik yang diterima, dunia showbiz kabuki sejak zaman Meiji berusaha mengadakan gerakan pembaruan dalam berbagai aspek teater kabuki. Gerakan pembaruan yang disebut Engeki Kairyō Undō juga melibatkan pemerintah Meiji yang memang bermaksud mengontrol pertunjukan kabuki. Pemerintah Meiji bercita-cita menciptakan pertunjukan teater yang pantas dan bisa dinikmati kalangan menengah dan kalangan atas suatu "masyarakat yang bermoral". Salah satu hasil gerakan pembaruan kabuki adalah dibukanya gedung Kabuki-za sebagai tempat pementasan kabuki. Selain itu, pembaruan juga melahirkan genre baru teater kabuki yang disebut Shimpa.
Karya kabuki yang diciptakan di tengah gerakan pembaruan disebut Shin-kabuki, dengan karya-karya baru banyak bermunculan hingga di awal zaman Showa. Penggemar kabuki biasanya tidak menyukai sebagian besar karya kabuki yang mendapat pengaruh gerakan pembaruan dan dipentaskan sebagai Shin-kabuki. Penggemar Shin-kabuki cuma penulis terkenal seperti Tsubouchi ShoyoOsanai Kaoru, dan Okamoto Kido yang begita suka hingga menulis naskah baru untuk kabuki. Sampai sekarang, karya-karya yang tergolong ke dalam Shin-kabuki yang tidak disukai penggemar hampir tidak pernah dipentaskan.
Setelah Perang Dunia II, orang Jepang akhirnya mulai menyadari pentingnya bentuk kesenian kabuki yang asli. Pada tahun 1965, pemerintah Jepang menunjuk kabuki sebagai warisan agung budaya nonbendawi dan pemerintah membangun Teater Nasional Jepang di Tokyo yang di antaranya digunakan untuk pentas kabuki.
Selain itu, Ichikawa Ennosuke III berusaha menghidupkan kembali naskah-naskah kabuki lama yang sudah jarang dipentaskan. Naskah kabuki yang jarang dipentaskan dan dihidupkan kembali oleh Ichikawa Ennosuke III dikenal sebagai Fukkatsu-kyōgen (kyogen yang dihidupkan kembali). Kabuki yang dipentaskan Ichikawa Ennosuke III disebut Supa-kabuki (kabuki super), karena Ennosuke mencoba teknik pementasan lebih berani dengan menghidupkan kembali trik panggung (kérén) yang dulunya pernah dianggap selera rendah oleh banyak orang. Belakangan ini, pertunjukan kabuki juga sering menampilkan dramawan dansutradara teater di luar lingkungan kabuki sebagai sutradara tamu.
Pementasan kabuki di zaman sekarang sudah sangat berbeda dengan pementasan kabuki di zaman Edo. Kelompok kabuki berusaha memodernisasi pertunjukan sekaligus memelihara tradisi pementasan. Kabuki sekarang sudah dianggap sebagai seni pertunjukan tradisional yang sesuai dengan kemajuan zaman.
December 23, 2011

beberapa Kategori Manga

Kategori Manga dibagi menjadi 5 kategori, yaitu :

Kategori manga secara demografis itu:

1. kodomo (anak-anak/semua umur)
2. shoujo (remaja cewek)
3. shounen (remaja cowok)
4. josei (dewasa wanita)
5. seinen (dewasa pria)

    kategori pornografis ini di luar negara Jepang lebih dikenal sebagai HENTAI, artinya "abnormal" dan bagi warga non Jepang (seperti kita misalnya) ditafsirkan sebagai pornografi atau hal-hal mesum.

    sebenarnya istilah ECCHI lah yang lebih tepat. ini sering dibahas di forum manga juga, di Jepang kategori ini disebut ECCHI (mengandung unsur seks secara eksplisit) atau ERO (berhubungan dengan hal-hal mesum). ini berlaku untuk manga, anime serta game.

kategori pornografis juga terbagi lagi:

1. SOFTCORE
misalnya homoseksual (YURI/YAOI)

2. HARDCORE
misalnya erotic-grotesque

oh ya, meski udah ada pembagian itu ada juga jenis yang lain yang disebut:

SHOUNEN AI
mengandung unsur homoseksual tapi gak segamblang YAOI. ciri-cirinya itu karakternya biasanya BISHOUNEN alias "cowok cantik".

unsur SHOUNEN AI banyak juga ditemukan di manga SHOUJO dan unsur ECCHI juga bisa ditemukan di manga SHOUNEN yang sering diistilahkan sebagai FANS SERVICE. bentuknya itu misalnya cewek2 pakai bikini seksi atau ngitip ke dalam ONSEN (pemandian air panas) cewek ^_^;.

soal JOSEI dan SEINEN gak perlu dijelasin lagi lah yaw. unsur ECCHI memang ada tapi tergantung dari mangakanya. ada yang memang ceritanya khusus tentang erotisme ada juga yang sekedar selingan doang.

moga-moga lo gak bingung lagi.

oh ya, manga yang mengandung unsur seksual secara eksplisit mencantumkan peringatan kok. itu loh kayak PARENTAL ADVISORY: EXPLICIT CONTENT.

 

June 21, 2011

Honorific di Jepang


Masih Bingung sama embel-embel di jepang seperti panggilan Kun,Chan,San dan, Sama…
awalnya saya juga bingung tapi setelah say baca-baca,ternyata dari semua kalimat itu memiliki makna tersendiri,yuk kita lihat apa-apa saja perbedaannya,dan fungsi dari embel-embel tersebut..??

~Kun
Nah Ini ang jadi perdebatan antara saya dan beberapa teman saya di forum.Tentang Kalimat “Kun”. Apa sih “Kun” Itu..??
"-kun": dipakai untuk memanggil teman cowok sebaya atau lebih muda, kalau lebih tua kamu manggilnya "-san". Tapi adakalanya kamu manggil cewek dengan sebutan "-kun" apabila, misal kamu punya kenalan cewek [nggak akrab] yang jauh lebih muda dari kamu. Kan tidak mungkin kamu manggi dia "-san" karena dia lebih muda, tapi bila manggil "-chan" malah tambah nggak mungkin karena walopun dia lebih muda dari kamu tapi kamu nggak akrab ama dia. Makanya kamu manggil dia "-kun".
Contoh:
misalnya kamu berumur 25 thn, trus kamu punya kenalan cewek umurnya masih 12 thn. Nah kamu manggil dia pake embel2 "-kun".

~San
"-san":tingkatan honorific di bawah "-sama".
>> dipakai untuk menyebut cewek sebaya [kurang akrab] dan orang yang lebih tua. Dalam bhs. Ina setingkat dengan "Pak" dan "Bu" ketika menyebut orang yg lebih tua. Untuk yang sebutan cewek sebenarnya nggak ada terjemahan yang pas dalam Indonesianya, tapi yang paling mendekati adalah "nona". Kenapa nggak pas? Misal ketika kamu menyebut teman sekelasmu, err.. katakanlah namanya Mimi. Kalo misalnya kamu tinggal di jepang kan kamu manggilnya Mimi-san, tapi kalo di Indonesia manggil nona Mimi kan terasa janggal.. masa' sama temen sekelas manggil nona?
contoh lain:
 Misal tetangga kamu namanya Pak Joto, nah dalam bahasa jepang kamu manggilnya Joto-san.
Kalo kamu tinggal di Jepang, setiap menemui orang yang baru kamu kenal gunakan honorific ini kalo ga mau dianggap sbg orang yang ga sopan.

~Chan
"-chan": Honorific informal.
>> dipakai untuk teman yang cewek yang sudah akrab. Juga dipakai sebagai sebutan orang tua untuk anak perempuannya. Ini juga nggak pas bila diterjemahin ke Indonesia. Seharusnya kalo diterjemahin imut... tapi kayaknya aneh kalo dipakai di Indonesia makanya di komik2 biasanya tetap ditulis "-chan" alias nggak diterjemahin.
Contoh:
Temen cewekmu yg akrab bgt dan sering ngobrol bareng misal namanya kotomi ya kamu manggilnya kotomi-chan

~Sama
"-sama": tingkatan honorific yang paling tinggi
>> dipakai untuk menyebut Tuhan/Dewa/orang yang amat sangat kamu hormati. Dalam bahasa Indonesia setingkat dengan "Tuan"..
misal:
Dewa ---> Kami-sama
Nona Besar ---> ojou-sama

~Dono
Dono yang dimaksud bukan Alm.Dono Warkop yang itu loh,tapi Dono ini sama seperti yang lain yang kita sebutkan satu-satu,namun Embel-Embel ini lebih tinggi dari San. Sekarang sih udah jarang di pakai, soalny waktu jaman-jaman samurai kata-kata ini di pakai. Contohnya di anime, kalian bakal nemuin kalo nonton animenya Ruroni Kenshin, pasti bnyak deh kalimat itu keluar dari mulut karakternya.^^

~Senpai
"-Senpai": panggilan junior untuk senior
Misalnya:
adik kelas ke kakak kelas.

~Kohai
Sebaliknya dari Senpai, ini digunakan untuk senior kepada juniornya.

~Sensei
"-sensei": panggilan untuk orang yang pintar dalam suat bidang. Seringnya sih dipakai untuk menyebut guru. Selain guru juga manga artist, dokter, penulis, dsb.

~Onii-Chan/San/Sama
"-onii-chan/san/sama": panggilan untuk kakak laki2. Embel2 yang dipakai terserah kamu. [kalo kamu sangat hormat sama dia ya.. manggilnya onii-sama]
                di Anime juga sering kok pengucapan ini di dengar, jadi gak sulit ngebedainnya.^^

~Onee-Chan/San/Sama
"-onee-chan/san/sama": panggilan untuk kakak perempuan

~Okaa-San/Chan/Sama
"-okaa-chan/san/sama: panggilan untuk Ibu. [Okaa-chan:mami, okaa-san: ibu, okaa-sama: bunda]

~Otou-Chan/San/Sama
"-otou-chan/san/sama": panggilan untuk ayah

~Ojii-San,Oji-San,Obaa-San,Oba-San
"ojii-san: panggilan untuk kakek
"oji-san": panggilan untuk paman
"obaa-san": panggilan untuk nenek
"oba-san": panggilan untuk tante

Yang perlu kalian cerna adalah bentuk tulisannya lho. Bisa kalian lihat ka nada pengucapan gand pada tiap katanya.^^

April 08, 2011

Hina Matsuri



Dari Sekian banyak Budaya di jepang ada sebuah festival budaya yang di rayakan pada tanggal-tanggal tertentu. Menarik bukan di Indonesia pun tidak kalah menariknya.
Memang gak ada Habisnya membicarakan Negara matahari terbit tersebut,dari budaya,seni,dan lain lain yang bersifat positif yang membangun dan yang bersifat negative yang menghancurkan. Kita simak yuk,apa saja festival budaya yang ada di jepang…???

~Hina Matsuri

Hinamatsuri (雛祭り, ひなまつり ) atau Hina Matsuri adalah perayaan setiap tanggal 3 maret di jepang yang diadakan untuk mendoakan pertumbuhan anak perempuan. Keluarga yang memiliki anak perempuan memajang satu set boneka yang disebut hinaningyō (雛人形 , boneka festival).
Satu set boneka terdiri dari boneka kaisar, permaisuri, puteri istana (dayang-dayang), dan pemusik istana yang menggambarkan upacara perkawinan tradisional di Jepang. Pakaian yang dikenakan boneka adalah kimono gaya zaman heian. Perayaan ini sering disebut Festival Boneka atau Festival Anak Perempuan karena berawal permainan boneka di kalangan putri bangsawan yang disebut hiina asobi (bermain boneka puteri).
Walaupun disebut matsuri, perayaan ini lebih merupakan acara keluarga di rumah, dan hanya dirayakan keluarga yang memiliki anak perempuan. Sebelum hari perayaan tiba, anak-anak membantu orang tua mengeluarkan boneka dari kotak penyimpanan untuk dipajang. Sehari sesudah Hinamatsuri, boneka harus segera disimpan karena dipercaya sudah menyerap roh-roh jahat dan nasib sial.
Sejarah Hinamatsuri
Sebelum kalender Gregorian digunakan di Jepang, Hinamatsuri dirayakan setiap hari ke-3 bulan 3 menurut kalender lunisolar. Menurut kalender lunisolar, hari ke-3 bulan 3 disebut momo no sekku (perayaan bunga persik), karena bertepatan dengan mekarnya bunga persik.
Kalender Gregorian mulai digunakan di Jepang sejak 1 Januari 1873 sehingga perayaan Hinamatsuri berubah menjadi tanggal 3 Maret. Walaupun demikian, sebagian orang masih memilih untuk merayakan Hinamatsuri sesuai perhitungan kalender lunisolar (sekitar bulan April kalender Gregorian),
Dalam sejumlah literatur klasik ditulis tentang kebiasaan bermain boneka di kalangan anak perempuan bangsawan istana dari zaman Heian (sekitar abad ke-8). Menurut perkiraan, boneka dimainkan bersama rumah boneka yang berbentuk istana. Permainan di kalangan anak perempuan tersebut dikenal sebagai hina asobi (bermain boneka puteri).
 Pada prinsipnya, hina asobi adalah permainan dan bukan suatu ritual.
Sejak abad ke-19 (zaman Edo), hina asobi mulai dikaitkan dengan perayaan musim (sekku) untuk bulan 3 kalender lunisolar. Sama halnya dengan perayaan musim lainnya yang disebut "matsuri", sebutan hina asobi juga berubah menjadi Hinamatsuri dan perayaannya meluas di kalangan rakyat.
Orang Jepang di zaman Edo terus mempertahankan cara memajang boneka seperti tradisi yang diwariskan turun temurun sejak zaman Heian. Boneka dipercaya memiliki kekuatan untuk menyerap roh-roh jahat ke dalam tubuh boneka, dan karena itu menyelamatkan sang pemilik dari segala hal-hal yang berbahaya atau sial. Asal-usul konsep ini adalah hinanagashi ("menghanyutkan boneka"). Boneka diletakkan di wadah berbentuk sampan, dan dikirim dalam perjalanan menyusuri sungai hingga ke laut dengan membawa serta roh-roh jahat.
Kalangan bangsawan dan samurai dari zaman Edo menghargai boneka Hinamatsuri sebagai modal penting untuk wanita yang ingin menikah, dan sekaligus sebagai pembawa keberuntungan. Sebagai lambang status dan kemakmuran, orang tua berlomba-lomba membelikan boneka yang terbaik dan termahal bagi putrinya yang ingin menjadi pengantin.
Boneka yang digunakan pada awal zaman Edo disebut tachibina (boneka berdiri) karena boneka berada dalam posisi tegak, dan bukan duduk seperti sekarang ini. Asal-usul tachibina adalah boneka berbentuk manusia (katashiro) yang dibuat ahli onmyōdō untuk menghalau nasib sial. Boneka dalam posisi duduk (suwaribina) mulai dikenal sejak zaman Kan'ei. Pada waktu itu, satu set boneka hanya terdiri sepasang boneka yang keduanya bisa dalam posisi duduk maupun berdiri.
Sejalan dengan perkembangan zaman, boneka menjadi semakin rumit dan mewah. Pada zaman Genroku, orang mengenal boneka genrokubina (boneka zaman Genroku) yang dipakaikan kimono dua belas lapis (jūnihitoe). Pada zaman Kyōhō, orang mengenal boneka ukuran besar yang disebut kyōhōbina (boneka zaman Kyōhō). Perkembangan lainnya adalah pemakaian tirai lipat (byōbu) berwarna emas sebagai latar belakang genrokubina dan kyōhōbina sewaktu dipajang.
Keshogunan Tokugawa pada zaman Kyōhō berusaha membatasi kemewahan di kalangan rakyat. Boneka berukuran besar dan mewah ikut menjadi sasaran pelarangan barang mewah oleh keshogunan. Sebagai usaha menghindari peraturan keshogunan, rakyat membuat boneka berukuran mini yang disebut keshibina (boneka ukuran biji poppy), dan hanya berukuran di bawah 10 cm. Namun keshibina dibuat dengan sangat mendetil, dan kembali berakhir sebagai boneka mewah.
Sebelum zaman Edo berakhir, orang mengenal boneka yang disebut yūsokubina (boneka pejabat resmi istana). Boneka dipakaikan kimono yang merupakan replika seragam pejabat resmi istana. Prototipe boneka Hinamatsuri yang digunakan di Jepang sekarang adalah kokinbina (translasi literal: boneka zaman dulu). Perintis kokinbina adalah Hara Shūgetsu yang membuat boneka seakurat mungkin berdasarkan riset literatur sejarah. Boneka yang dihasilkan sangat realistik, termasuk penggunaan gelas untuk mata boneka.
Mulai sekitar akhir zaman Edo hingga awal zaman Meiji, boneka Hinamatsuri yang mulanya hanya terdiri dari sepasang kaisar dan permaisuri berkembang menjadi satu set boneka lengkap berikut boneka puteri istana, pemusik, serta miniatur istana, perabot rumah tangga dan dapur. Sejak itu pula, boneka dipajang di atas dankazari (tangga untuk memajang), dan orang di seluruh Jepang mulai merayakan hinamatsuri secara besar-besaran.

~Shichi-Go-San

Shichi-Go-San (七五三 ,Shichigosan, 3, 5, 7) adalah nama upacara di Jepang yang merayakan pertumbuhan anak berusia 3, 5, dan 7 tahun. Perayaan dilakukan setiap tahun sekitar tanggal 15 November dan bukan merupakan hari libur.
Peserta perayaan adalah anak laki-laki berusia 3 dan 5 tahun, dan anak perempuan berusia 3 dan 7 tahun. Umur-umur tersebut dipercaya sebagai tonggak sejarah dalam kehidupan, dan angka-angka ganjil menurut tradisi Tionghoa dipercaya membawa keberuntungan. Anak-anak yang cukup umur sebagai peserta Shichi Go San didandani dengan kimono dan dibawa ke kuil Shinto untuk didoakan. Orang tua memanfaatkan kesempatan ini untuk mengabadikan anak-anak yang sudah berpakaian bagus dengan berfoto di studio foto.
Anak-anak yang merayakan Shichi Go San mendapat hadiah permen panjang yang disebut permen chitose (千歳 ,chitoseame, permen seribu tahun) yang dipercaya membuat anak sehat dan panjang umur. Kantong tempat permen chitoseame bergambar kura-kura dan burung jenjang yang merupakan simbol umur panjang.
Permen Chitose

Sejarah Shichi-Go –San
Hari ke-15 menurut kalender Tionghoa merupakan hari baik dan semua yang dilakukan di hari tersebut dipercaya membawa keberuntungan, dan bulan 11 merupakan bulan selesai panen. Orang zaman kuno pergi ke kuil di bulan purnama hari ke-15 bulan ke-11 untuk berterima kasih atas hasil panen. Kesempatan ini sekaligus digunakan untuk berterima kasih atas pertumbuhan anak, serta memohon perlindungan agar anak tetap sehat dan dapat tumbuh hingga dewasa.

Di zaman dulu, angka kematian anak kecil sangat tinggi sehingga lahir tradisi merayakan anak-anak yang berhasil mencapai usia tertentu di kalangan keluarga petani di Jepang. Tradisi ini meluas ke kalangan samurai yang menambahkan sejumlah upacara. Anak perempuan dan anak laki-laki berusia 3 tahun mengikuti upacara Kamioki yang menandai mulai dipanjangkannya rambut anak setelah sebelumnya selalu dicukur habis. Anak usia 5 tahun mengikuti upacara Hakama-gi yang menandai pertama kali anak mulai memakai hakama dan haori. Anak perempuan mengikuti upacara Obitoki Himo-otoshi yang menandai pergantian kimono yang dipakai anak perempuan, dari kimono anak-anak yang bertali menjadi kimono berikut obi seperti yang digunakan orang dewasa. Kesempatan Shichi Go San sering merupakan kesempatan pertama bagi anak perempuan untuk merias wajah.
Sejak kalender Gregorian digunakan di Jepang, perayaan dilangsungkan pada 15 November. Di zaman sekarang, waktu membawa anak ke kuil sebagai Shichi Go San sudah disesuaikan dengan waktu libur orangtua. Anak boleh dibawa kapan saja ke kuil di sepanjang bulan November (hari Sabtu, Minggu, atau hari libur), dan tidak harus persis di tanggal 15 November. Di Hokkaido dan daerah-daerah dengan musim dingin yang sangat dingin, udara sudah dingin di sekitar 15 November sehingga perayaan sering dilakukan sebulan lebih awal pada 15 Oktober.

~Seijin shiki

Seijin shiki (成人式 , upacara orang dewasa) adalah upacara tahunan yang diadakan pemerintah lokal kota dan desa di Jepang yang mengundang penduduk yang telah mencapai usia 20 tahun untuk merayakan usia yang telah dianggap cukup umur menurut hukum. Acara diselenggarakan di gedung pertemuan, ballroom hotel, atau aula serbaguna milik pemerintah lokal. Acara dimeriahkan dengan pidato, penerimaan cendera mata, jamuan makan, dan foto bersama dengan pejabat lokal.
Di kota-kota besar, upacara diadakan pada Hari Kedewasaan yang jatuh pada hari Senin minggu kedua bulan Januari. Di kota-kota kecil dan desa-desa, penyelenggaraan upacara sering dimajukan di hari-hari awal Tahun Baru untuk memudahkan peserta yang terdaftar di di daerah asal dan kebetulan sedang berada di kampung halaman. Jika hari penyelenggaraan upacara tidak dimajukan, peserta yang tinggal di kota harus kembali lagi ke kampung halaman untuk mengikuti Seijin shiki.
Di hari-hari penyelenggaraan Seijin shiki bisa ditemui pemandangan wanita muda peserta Seijin shiki mengenakan kimono resmi jenis Furisode dengan rias wajah dan tata rambut hasil salon, sedangkan laki-laki mengenakan setelan kimono model Hakama. Wanita yang tidak ingin direpotkan dengan kimono bisa mengenakan gaun resmi dan pria mengenakan setelan jas.
Sejarah Seijin Shiki
Tradisi merayakan kedewasaan sudah berlangsung sejak zaman kuno di Jepang. Laki-laki mengenal tradisi Genbuku, sedangkan wanita mengenal tradisi Mogi. Tradisi yang menurut antropologi budaya dan folklor merupakan bagian dari inisiasi.
Upacara Seinen-sai (青年祭, perayaan generasi muda?) yang diselenggarakan 22 November 1946 di kota Warabi Distrik Kitaadachi, Prefektur Saitama merupakan asal-usul upacara Seijin shiki seperti yang ada sekarang. Pada mulanya, upacara diadakan untuk memberi harapan tentang masa depan yang cerah bagi generasi muda Jepang yang kehilangan segala semangat dan cita-cita akibat Perang Dunia II. Upacara dirintis pemimpin lokal generasi muda bernama Takahashi Shōjirō dan mengambil lokasi di sebuah sekolah dasar di kota Warabi yang dipasangi tenda.
Di tahun 1948, pemerintah Jepang mengambil perayaan Seinen-sai sebagai contoh dan menetapkan tanggal 15 Januari tahun berikutnya (1949) sebagai Hari Kedewasaan (Seijin no hi). Sejak itu, pemerintah lokal kota dan desa di Jepang selalu mengadakan upacara Hari Kedewasaan tanggal 15 Januari sampai hari penyelenggaraan diubah menjadi hari Senin minggu kedua di bulan Januari sesuai dengan Sistem Happy Monday.






Sumber  :             http://id.wikipedia.org/wiki/Seijin_shiki
                                http://id.wikipedia.org/wiki/Shichi-Go-San
                                http://id.wikipedia.org/wiki/Hinamatsuri
.
March 27, 2011

Sudoku

·     Sudoku
Setelah Origami dan Matsuri,Kita beralih ke permainan yang paling terkenal yaitu “Sudoku”. Dimana kalian pasti sudah pernah mengfenalnya kan..?? Baik kita simak semuany lebih lanjut…

~Sejarah Sudoku
Menurut Wikipedia Permainan seperti sudoku sudah dikenal sejak tahun 1979 di majalah Dell Magazines dengan nama Number Place. Permainan ini didesain oleh Howard Grans. Permainan ini dikenal di Jepang pada tahun 1984, dimuat di Majalah Bulanan Nikoli, dengan nama Suuji Wa Dokushin Kagiru. Selanjutnya puzzle ini dikenal sebagai Su-Doku (orang Jepang memang biasa menyingkat2 nama).
Tahun 1986, Nikoli membuat aturan baru dalam permainan Sudoku, yaitu :
1. Nomor yang disertakan dalam soal tidak boleh lebih dari 32 buah.
2. Soal haru simetris.

Tahun 2004, permainan ini mulai dikenalkan di Inggris, dan diterbitkan pertama kali di The Times, 12 November 2004, tetap menggunakan nama Sudoku.

Sejak saat itu permainan Sudoku menjadi mendunia dan menjadi booming di mana-mana. Sayang sekali, Howard Grans sebagai penemunya tidak sempat melihat populernya permainan ini, karena ia sudah meninggal sejak tahun 1989.

~Cara Bermain Sudoku
Disini kita simak bagaimana cara bermain Sudoku yang benar. Secara garis besar sebagai berikut: Isilah kotak 9x9 itu agar setiap kolom, setiap baris dan setiap kotak kecil 3x3 berisi angka dari 1 sampai 9. Setiap kotak 3x3 harus berisi angka dari 1 sampai dengan 9 tanpa ada pengulangan (angka yang sama).Demikianlah,setiap baris vertikal (membujur) maupun garis horizontal (melintang) berisi angka dari satu sampai dengan sembilan, tanpa adanya pengulangan. Tampaknya aturannya mudah, tapi sebenarnya cukup sulit, dan sementara itu banyak variasi bentuk sudoku dengan berbagai tingkat kesulitan.

Sudoku merupakan singkatan dari frasa yang agak panjang: suji wa dokushin ni kagiru, artinya angka hanya boleh muncul sekali saja. Sudoku menadi merek dagang dari penerbit teka-teki Nikoli Co.,Ltd. di Jepang. Pada awalnya teka-teki modern ini diciptakan oleh seorang Amerika, Howard Garns pada tahun 1979 dan diterbitkan oleh Majalah Dell dengan nama “Number Place”. Kemudian menjadi popular di Jepang pada tahun 1986 ketika diterbitkan oleh Nikoli Co.,Ltd. dengan nama sudoku. Yang menjadi hit internasional pada tahun 2005.

Pada turnamen dunia Sudoku (di Wina, Austria) yang baru lalu (diikuti 32 negara), tim Jepang menjadi juara, dan seorang mahasiswa Universitas Tokyo menjadi juara ke-2 perseorangan.


~Opini
Ternyata permainan yang telah turun temurun itu ada juga selain di Indonesia. Menarik,dan bagus untuk kita pelajari Pula.
Namun jangan lupa Untuk trus melestarikan budaya kita sendiri yang telah turun temurun menemani kita selama ini.^^
March 19, 2011

Matsuri

~Matsuri
Negara Jepang kaya dengan berbagai kebudayaan leluhurnya yang beraneka ragam. Walaupun saat ini perkembangan teknologi di Jepang terus up date dalam hitungan perdetik , namun sisi tradisional masuh terus dilestarikan hingga sekarang ini. Berikut ini adalah salah satu dari berbagai macam kebudayaan Jepang yang masih terus berlangsung hingga saat ini :



-Pengenalan Matsuri
Matsuri (, Matsuri) adalah kata dalam bahasa Jepang yang menurut pengertian agama Shinto berarti ritual yang dipersembahkan untuk Kami, sedangkan menurut pengertian sekularisme berarti festival, perayaan atau hari libur perayaan.
Matsuri diadakan di banyak tempat di Jepang dan pada umumnya diselenggarakan jinja atau kuil, walaupun ada juga matsuri yang diselenggarakan gereja dan matsuri yang tidak berkaitan dengan institusi keagamaan. Di daerah Kyushu, matsuri yang dilangsungkan pada musim gugur disebut Kunchi.
Sebagian besar matsuri diselenggarakan dengan maksud untuk mendoakan keberhasilan tangkapan ikan dan keberhasilan panen (beras, gandum, kacang, jawawut, jagung), kesuksesan dalam bisnis, kesembuhan dan kekebalan terhadap penyakit, keselamatan dari bencana, dan sebagai ucapan terima kasih setelah berhasil dalam menyelesaikan suatu tugas berat. Matsuri juga diadakan untuk merayakan tradisi yang berkaitan dengan pergantian musim atau mendoakan arwah tokoh terkenal. Makna upacara yang dilakukan dan waktu pelaksanaan matsuri beraneka ragam seusai dengan tujuan penyelenggaraan matsuri. Matsuri yang mempunyai tujuan dan maksud yang sama dapat mempunyai makna ritual yang berbeda tergantung pada daerahnya.
Pada penyelenggaraan matsuri hampir selalu bisa ditemui prosesi atau arak-arakan Mikoshi, Dashi (Danjiri) dan Yatai yang semuanya merupakan nama-nama kendaraan berisi Kami atau objek pemujaan. Pada matsuri juga bisa dijumpai Chigo (anak kecil dalam prosesi), Miko (anak gadis pelaksana ritual), Tekomai (laki-laki berpakaian wanita), Hayashi (musik khas matsuri), penari, peserta dan penonton yang berdandan dan berpakaian bagus, dan pasar kaget beraneka macam makanan dan permainan.

-Sejarah Matsuri
Matsuri berasal dari kata matsuru (祀る, matsuru? menyembah, memuja) yang berarti pemujaan terhadap Kami atau ritual yang terkait. Dalam teologi agama Shinto dikenal empat unsur dalam matsuri: penyucian (harai), persembahan, pembacaan doa (norito), dan pesta makan. Matsuri yang paling tua yang dikenal dalam mitologi Jepang adalah ritual yang dilakukan di depan Amano Iwato.
Matsuri dalam bentuk pembacaan doa masih tersisa seperti dalam bentuk Kigansai (permohonan secara individu kepada jinja atau kuil untuk didoakan dan Jichinsai (upacara sebelum pendirian bangunan atau konstruksi). Pembacaan doa yang dilakukan pendeta Shinto untuk individu atau kelompok orang di tempat yang tidak terlihat orang lain merupakan bentuk awal dari matsuri. Pada saat ini, Ise Jingū merupakan salah satu contoh kuil agama Shinto yang masih menyelenggarakan matsuri dalam bentuk pembacaan doa yang eksklusif bagi kalangan terbatas dan peserta umum tidak dibolehkan ikut serta.
Sesuai dengan perkembangan zaman, tujuan penyelenggaraan matsuri sering melenceng jauh dari maksud matsuri yang sebenarnya. Penyelenggaraan matsuri sering menjadi satu-satunya tujuan dilangsungkannya matsuri, sedangkan matsuri hanya tinggal sebagai wacana dan tanpa makna religius.
~Opini
Sebagai warga Negara Indonesia,Budaya sangatlah penting. Oleh sebab itu wajar kalau kita ingin mempelajari budaya dari Negara lain,Meski begitu haruslah kita tetap mencintai budaya kita sendiri.

Ikebana

~Ikebana
Pasti kalian dah tahu banget apa itu ikebana.?? Yups,itu adalah seni merangkai bunga dari jepang. Ikebana adalah seni merangkai bunga ala Jepang. Merangkai bunga Ikebana tidak hanya sekedar dan semudah menempatkan bunga2 kedalam Vas (container), akan tetapi merupakan bentuk disiplin seni dimana merupakan rangkaian yang hidup yang menyatu antara kejiwaan manusia dengan alam sekitarnya, dengan kata lain Ikebana adalah sebuah philosofi untuk lebih mendekat dengan alam.
Ikebana juga adalah sebuah ekspresi yang kreatif dalam bingkai aturan untuk membuat rangkaiannya. Materi yang digunakan antara lain ; ranting-ranting, daun-daun, bermacam-macam bunga dan rerumputan yang dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah kombinasi warna, bentuk alamiah, dan lain-lain. Bagi yang belum tau,nih saya kasi referensinya mengenai ikebana,okey.

-Sejarah
Ikebana sebagai salah satu seni tradisional di Jepang sudah dikenal lebih dari 600 tahun yang lalu. Bermula sebagai acara ritual dari agama Budha dalam rangka memberikan persembahan bunga kepada arwah leluhur.
Sejak sekitar pertengahan abad ke-15, Ikebana berubah statusnya dari yang sebelumnya sebagai symbol keagamaan menjadi bentuk seni yang bebas. Yang kemudian lambat laun sejalan dengan perjalanan waktu, tumbuh sekolah-sekolah Ikebana, terjadi perubahan stile dan menjadi lebih sederhana untuk semua lapisan masyarakat Jepang.
-Siapa saja Perangkai Ikebana?
Memang sebagian besar para perangkai Ikebana adalah dari kaum perempuan, tetapi ada juga dari kaum lelaki yang suka merangkai Ikebana, bahkan ada beberapa perangkai Ikebana laki-laki yang handal.
Ikebana selain sebuah seni, sekarang juga sudah menjadi pekerjaan atau mata pencarian bagi kaum perempuan dan laki-laki.
-Macam-macam Aliran Ikebana
Ada banyak aliran Ikebana di Jepang diantaranya yang dikenal adalah ; Chiko, Ichiyo, Ikenobo, Koryu, Kozan, Mishoryu, Ohara, Ryusei-Ha, Saga Goryu, Shinpa Seizan, Shofu Kadokai, Sogetsu, dll.
Saat ini yang ada di Indonesia serta resmi dan terdaftar pada The Japan Foundation, Jakarta ada 7(tujuh) Aliran yaitu ; Ichiyo, Ikenobo, Koryu, Mishoryu, Ohara, Sogetsu dan Shofu Kadokai.
Satriyo Adhie. Powered by Blogger.