March 12, 2011

Harajuku

BAB IV
Setelah Visual Kei yang kita bahas tadi,sekarang kita bahas tentang harajuku. Dimana Budaya ini sudah sangat dikenal, hampir di seluruh dunia. Baik kita coba liat yak baik sejarah dan komunitas-komunitasnya yang ada di Indonesia maupun di Negara lahirnya Harajuku itu sendiri.
Cekidot :

2.      Pengenalan  Harajuku
Menurut Wikipedia Harajuku (原宿)adalah sebutan populer untuk kawasan di sekitar Stasiun JR Harajuku, Distrik Shibuya, Tokyo. Kawasan ini terkenal sebagai tempat anak-anak muda berkumpul. Lokasinya mencakup sekitar Kuil Meiji, Taman Yoyogi, pusat perbelanjaan Jalan Takeshita (Takeshita-dōri), department store Laforet, dan Gimnasium Nasional Yoyogi. Harajuku bukan sebutan resmi untuk nama tempat, dan tidak dicantumkan sewaktu menulis alamat.

Sekitar tahun 1980-an, Harajuku merupakan tempat berkembangnya subkultur Takenoko-zoku. Sampai hari ini, kelompok anak muda berpakaian aneh bisa dijumpai di kawasan Harajuku. Selain itu, anak-anak sekolah dari berbagai pelosok di Jepang sering memasukkan Harajuku sebagai tujuan studi wisata sewaktu berkunjung ke Tokyo.

Sebetulnya sebutan "Harajuku" hanya digunakan untuk kawasan di sebelah utara Omotesando. Onden adalah nama kawasan di sebelah selatan Omotesando, namun nama tersebut tidak populer dan ikut disebut Harajuku.

2.1 Sejarah Harajuku
Sebelum zaman Edo, Harajuku merupakan salah satu kota penginapan (juku) bagi orang yang bepergian melalui rute Jalan Utama Kamakura. Tokugawa Ieyasu menghadiahkan penguasaan Harajuku kepada ninja dari Provinsi Iga yang membantunya melarikan diri dari Sakai setelah terjadi Insiden Honnōji.

Di zaman Edo, kelompok ninja dari Iga mendirikan markas di Harajuku untuk melindungi kota Edo karena letaknya yang strategis di bagian selatan Jalan Utama Kōshū. Selain ninja, samurai kelas Bakushin juga memilih untuk bertempat tinggal di Harajuku. Petani menanam padi di daerah tepi Sungai Shibuya, dan menggunakan kincir air untuk menggiling padi atau membuat tepung.

Di zaman Meiji, Harajuku dibangun sebagai kawasan penting yang menghubungkan kota Tokyo dengan wilayah sekelilingnya. Pada tahun 1906, Stasiun JR Harajuku dibuka sebagai bagian dari perluasan jalur kereta api Yamanote. Setelah itu, Omotesando (jalan utama ke kuil) dibangun pada tahun 1919 setelah Kuil Meiji didirikan.

Setelah dibukanya berbagai department store pada tahun 1970-an, Harajuku menjadi pusat busana. Kawasan ini menjadi terkenal di seluruh Jepang setelah diliput majalah fesyen seperti Anan dan non-no. Pada waktu itu, kelompok gadis-gadis yang disebut Annon-zoku sering dijumpai berjalan-jalan di kawasan Harajuku. Gaya busana mereka meniru busana yang dikenakan model majalah Anan dan non-no.

Sekitar tahun 1980-an, Jalan Takeshita menjadi ramai karena orang ingin melihat Takenoko-zoku yang berdandan aneh dan menari di jalanan. Setelah ditetapkan sebagai kawasan khusus pejalan kaki, Harajuku menjadi tempat berkumpul favorit anak-anak muda. Setelah Harajuku makin ramai, butik yang menjual barang dari merek-merek terkenal mulai bermunculan di Omotesando sekitar tahun 1990-an.

2.2 Sejarah Trend Harajuku di Jepang
Jepang adalah tempat di mana setiap orang bersifat individu - tapi suka berada dalam kelompok. Jika Anda mengunjungi taman pada jam tertentu di setiap hari Sabtu, Anda akan melihat ratusan anak laki-laki berpakaian seperti penyanyi rock dan skater, menari dengan alunan musik rock and roll ... mereka sangat serius. Jadi tidak mengherankan juga jika anak perempuan ingin menampilkan mode inovatif yang tidak ada atau belum pernah terlihat sebelumnya, mereka ingin melakukannya di tempat yang sama, pada waktu yang sama. Dan tempat itu adalah distrik Harajuku di Tokyo.

Istilah "Gadis Harajuku" telah digunakan oleh media berbahasa Inggris untuk menggambarkan remaja yang berpakaian dalam setiap gaya busana yang berada di wilayah Harajuku. Mode ini mempengaruhi beberapa gaya diantaranya membuat bentuk gaun yang unik. Salah satu gaya yakni, Kawaii, sangat tenar pada 1990-an. Kawaii menjadi ungkapan populer yang berarti ada sesuatu yang lucu atau cantik.
Harajuku Girl

Kawaii adalah bentuk perlawanan dalam gaya dan budaya, yang terkait dengannya tidak akan dilihat sebagai sesuatu yang menarik oleh generasi tua. Ide dari Kawaii adalah budaya pemuda yang berbeda yang terpisah dengan budaya tradisional; berupa cyber-punk untuk menunjukkan keberadaannya.Gaya ini dipengaruhi oleh fashion gothic dengan menggabungkan warna-warni neon dan metalik. Gaya ini tidak sepopuler pada taun 1990-an

Fashion Harajuku mendapatkan namanya dari distrik Harajuku di Tokyo. Semua aktifitas 'diaktifkan' di harajuku, anak-anak muda pergi ke sana untuk mengeksplorasi berbagai toko pakaian dan berkumpul di taman Yoyogi, di kafe di jalan Omotesando atau sepanjang perjalanan arah ke kuil Meiji. Dengan tujuan menampilkan kreasi terbaru harajuku mereka bagi wisatawan dan juga untuk teman-teman mereka.

Harajuku menjadi terkenal pada 1980-an karena artis jalanan dan remaja bebas berpakaian yang berkumpul di sana pada hari Minggu ketika Omotesando ditutup untuk lalu lintas. Omotesando adalah jalan yang sangat panjang dengan kafe dan butik fashion kelas atas dan sangat populer bagi penduduk sekitar dan turis. Berjalan kaki di hari minggu dan merupakan tempat yang sempurna untuk bertemu, memutar musik dan memamerkan diri!

2.3 Komunitas Harajuku Di Indonesia
Seperti Halnya di Jepang, Indonesia juga terjangkit wabah Harajuku. Berbagai Daerah di Indonesia banyak yang menjadi Destinasi para Pecinta Harajuku Style di Indonesia, Seperti Bali, Dan yang terbesar bias di bilang terdapat di daerah jawa barat tepatnya Bandung.
Meski Berbeda mereka tetap menyemarakan bagaimana seru,dan senangnya berdandan seperti itu, Dengan mengikuti Event yang sering diadakan untuk unjuk kebolehan mereka. Banyak situs dan berbagai media untuk mempromosikan kreasi mereka agar lebih dipandang pleh orang lain.
Perbedaan antara gaya harajuku Indonesia da jepang jelas terlihat berbeda, namun meski begitu orang Indonesia tetap menyukai gaya ini meski banyak kecaman yang menggagu kreativitas mereka.

~OPINI
Untuk Bab ini kita membahas tentang tatanan gaya yang terkenal di jepang “Visual Kei” dan “Harajuku”. Meski begitu persamaan dari keduanya hampir sama, hamper jelas dibedakan untuk orang awam.
Indonesia yang terjangkit wabah Style ini pun tidak kalah seru dengan di jepang,mereka berlomba-loomba untuk unjuk kebolehan mereka melalui kostum yang mereka desain.
Dari berbagai orang yang saya temui di dunia Fashion ala Jepang ini dariberbagai situs, banyak diantara mereka yang masih duduk di bangku sekolah. Mereka rela menghabiskan berpuluh,bahkan beratus ribu hanya untuk mendapatkan, dan membuat kostum yang diinginkan oleh meraka.
Banyak dari mereka Rela untuk tidak makan siang saat istirahat di sekolah hanya untuk masalah style ini. Walhasil banyak kecaman dari berbagai pihak tentang “Harajuku” dan “Visual Kei Tersebut”.
Sekarang kita telaah, Apakah wabah ini baik untuk generasi muda kita sekarang? Apakah ini salah satu bentuk penyimpangan budaya yang ada di Indonesia, jelas sekali budaya asli kita sama sekali tidak di hiraukan, meski saya juga termasuk orang yang suka oleh hal yang berbau Jepang namun dari beberapa orang yang saya temui di berbagai Event tersebut saya bertanya oleh mereka “Apakah seru mengenakan kostum itu?” Dan jawaban mereka kebanyakan adalah “seru.”

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Harajuku

0 Ocehan:

Post a Comment

Silahkan Berkomentar disini.
berkomentar lah yang baik dan sopan. Terimakasih. ^_^

Satriyo Adhie. Powered by Blogger.